PEKANBARU – Lembaga pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP) Universitas Riau (Unri) menggelar Seminar Nasional Berkolaborasi Menyelesaikan Masalah Kebangsaan, yakni Korupsi, Intoleransi, dan Radikalisme secara hybrid di Royal Asnof Hotel Pekanbaru, Selasa (19/9).
Koordinator Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) LPPMP Unri Afrianto Daud PhD menyampaikan, bahwa pendidikan karakter perlu diperkuat di tengah pesatnya arus informasi pada era digital.
“Penguatan pendidikan karakter harus dimulai dari saat ini untuk mewujudkan generasi emas 2045,” kata Afrianto.
Afrianto mengatakan, sebagai universitas tentunya memiliki tanggung jawab bagaimana membentuk karakter generasi masa depan yang memiliki karakter yang kuat semangat kebangsaan, semangat patriotisme, dan nasionalisme.
Maka untuk mencapai tujuan itu, pusat MKWK diharapkan bisa membantu menyiapkan genrasi masa depan, melalui pusat MKWK memiliki matakuliah untuk menyelenggarakan pendidikan kararakter seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa indonesiaa.
Afrianto menjelaskan, generasi Masa Depan Indonesia atau Generasi Emas 2045 adalah fondasi utama untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dan bermartabat.
“Mereka yang memiliki karakter dan integritas yang baik sebagi bangsa Indonesia dan berkompeten di bidang, mereka yang mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan serta mampu menggunakan kemajuan teknologi digital,” katanya.
Maka, dengan memberikan penguatan pendidikan karakter pada dunia pendidikan diharapkan bisa terjadi peningkatan atau perubahan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pada generasi masa depan Indonesia.
“Gerakan penguatan pendidikan karakter diharapkan menjadi fondasi dan ruh utama pendidikan, pendidikan karakter diharapkan mampu membangun manusia yang berkarakter dalam berpikir dan terampil,” harap Afrianto.
Ketua LPPMP Unri Dr Belli Nasution SIP MA menyampaikan dalam pendidikan tidak cukup mencetak tenaga kerja, tapi mencetak manusia unggul yaitu menghormati orang, punya budi pekerti.
Terkait korupsi, intoleransi, dan radikalisme menjadi perhatian bangsa saat ini. Unri menjadikan ini salah satu program unggulan yang harus diselesaikan, bagaimana persoalan-persolan ini bisa dimasukkan dalam materi perkuliahan.
Beli mencontohkan sejumlah kasus yang terjadi di Indonesia seperti bullying, kekerasan fisik, pungutan liar (pungli) korupsi, sampai propokasi, memecahbelah, hingga pembunuhan karakter.
“Tantangan-tantangan itu bisa dihadapi dengan pendidikan karaktekter berkualitas agar anak-anak bangsa bisa meneruskan perjuangan pendahulunya lewat semangat menyongsong Indonesia Emas 2045,” kata Beli.
Wakil Rektor Bidang Akademik Dr Mexsasai Indra SH MH, menambahkan, sikap anti korupsi, intoleransi, dan radikalisme perlu setiap saat di perbaharui agar materi yang disampaikan kepada mahasiswa selalu terupdate.
“Dengan melakukan upaya penguatan nilai-nilai luhur bangsa, kita harapkan seluruh generasi muda khususnya mahasiswa akan semakin cinta kepada negara ini, karena mencintai negara ini adalah merupakan kewajiban kita bersama tentunya sebagai anak bangsa,” kata Mexsasai.
Menurut Mexsasai, pendidikan karakter itu begitu utama dan sangat penting, pentingnya pendidikan karakter bagi anak bangsa. Pendidikan Karakter tidak akan hadir sebagai mata pelajaran, tapi hadir sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran, semua aktifitas yang ada di kampus.
“Secara kelembagaan Unri sudah mempersiapkan bagaimana menciptakan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam semua kiprah atau semua aktifitas yang ada di Unri,” singkat Mexsasai.(mcr)