Jakarta, 6 Oktober 2025 — Pemerintah terus menata langkah strategis dalam menghadirkan pendidikan menengah berkualitas melalui program SMA Unggul Garuda (SUGAR). Dalam rapat koordinasi lintas kementerian yang digelar secara hybrid, Kemenko PMK bersama mitra kerja membahas pemenuhan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan (GTK) sebagai fondasi utama operasional sekolah unggulan tersebut.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kemenko PMK menegaskan komitmennya untuk mengawal program SUGAR sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan termasuk pemenuhan kebutuhan GTK SUGAR. Asisten Deputi Peningkatan Kualitas SDM Pendidikan, Veronica Enda Wulandari, menyampaikan bahwa regulasi menjadi elemen krusial untuk dapat segera memproses pemenuhan kebutuhan GTK SUGAR sesuai target waktu. “Finalisasi regulasi terkait penyelenggaraan SUGAR dan SOTK nya sangat krusial untuk dapat melakukan mutasi/penugasan/redistribusi dan atau rekrutmen GTK SUGAR. Untuk itu percepatan finalisasi regulasi menjadi perhatian bersama agar proses-proses selanjutnya dalam penyelenggaraan SMA Unggul Garuda Baru dapat berjalan sesuai waktu yang direncanakan,” ujarnya dalam membuka rapat koordinasi pemenuhan kebutuhan GTK SUGAR tgl 2 Oktober 2025.
Dari sisi teknis, Direktur Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif Kemendiktisaintek, Ardi Findyartini, menyoroti pentingnya kualifikasi khusus dalam penempatan GTK. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan tidak hanya mengandalkan tenaga baru, tetapi juga melalui redistribusi dan mutasi/penugasan guru yang telah ada. “Termasuk kepala asrama, yang membutuhkan kompetensi khusus,” tambahnya.
Strategi percepatan pemenuhan guru juga dibahas melalui beberapa alternatif antara lain skema talent pool, yang mencakup lulusan program Pendidikan Profesi Guru (PPG), alumni LPDP, dan alumni guru Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN). Perwakilan Direktorat PPG Kemendikdasmen menambahkan bahwa redistribusi guru yang telah lolos PPG dapat menjadi solusi untuk mengisi formasi di sekolah baru, dengan tetap mempertimbangkan prestasi dan kebutuhan lokal.
Tantangan pemenuhan guru melalui penugasan/mutasi/redistribusi perlu diantisipasi. Asdep Veronica Enda mengingatkan perlunya mitigasi risiko sejak awal, termasuk potensi hambatan administratif dan preferensi penempatan individu. “Perizinan dari atasan atau pemda, serta ketidaksesuaian lokasi penempatan, perlu diantisipasi agar implementasi berjalan lancar. Untuk itu diperlukan kerjasama Pemda dan Kemdagri ” tutupnya.
Dalam rapat tersebut, juga dibahas bahwa dengan pertimbangkan bentang waktu menuju tahun ajaran 2026/2027, pengisian GTK SUGAR akan mengoptimalisasikan mutasi/penugasan serta redistribusi Guru dan Kepala Sekolah yang berstatus PNS, dengan opsi PPPK untuk posisi tertentu. Rekrutmen baru akan dipertimbangkan utk mengisi kekurangannya. Empat sekolah pertama dijadwalkan beroperasi pada Juni 2026, masing-masing membutuhkan sekitar 41 guru pada tahun pertama. Jumlah ini diproyeksikan meningkat seiring ekspansi program hingga 20 sekolah pada tahun 2029.
Rapat koordinasi ini dihadiri oleh perwakilan dari Kemenko PMK, Kemendiktisaintek, Kemendikdasmen, KemenPAN-RB, Bappenas, BKN, dan BPKP—menandai langkah bersama menuju pendidikan unggul yang inklusif dan berdaya saing.
Sumber :Kemenko PMK