BEIJING, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Sesi Tematik tentang Digital Earth Supporting Sustainable Development diselenggarakan selama World Science and Technology Development Forum (WSTDF) 2025 di Beijing pada hari Selasa, menghadirkan 70 tokoh terkemuka serta perwakilan dari institut riset dan universitas dari 19 negara, serta berbagai badan PBB dan organisasi internasional terkait. Sesi ini membahas masalah sekaligus peluang yang muncul dari tren sains dan teknologi baru, dengan tercapainya kesepakatan mengenai Digital Earth Initiative untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Diselenggarakan oleh International Society for Digital Earth (ISDE) dengan dukungan dari China Association for Science and Technology (CAST), sesi bertema “Big Data and AI for Implementation of SDGs” ini menitikberatkan pada perluasan kerja sama internasional dan eksplorasi mekanisme berkelanjutan untuk memanfaatkan teknologi Digital Earth agar berdampak jangka panjang pada pencapaian SDGs.
Dalam sambutan pembuka, Richard Simpson, Presiden ISDE, menggambarkan Digital Earth sebagai “arsitektur hidup dan adaptif untuk pemahaman planet dan aksi terkoordinasi,” serta menekankan kerangka kerja khusus dalam arsitektur ini yang berfokus pada pelaporan SDGs, dengan sorotan khusus pada aksi iklim (SDG 13).
Sesi keynote menampilkan beberapa pembicara, termasuk Guo Huadong, Akademisi dari Chinese Academy of Sciences (CAS), Direktur Jenderal International Research Center of Big Data for Sustainable Development Goals (CBAS), dan Presiden Kehormatan ISDE, yang menyoroti peran penting big data dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Ia membahas pencapaian CBAS dalam membangun platform data terbuka, alat pemantauan berbasis AI, dan studi kasus mengenai keamanan pangan, aksi iklim, serta perlindungan ekosistem, sambil menekankan pentingnya menghubungkan data ilmiah dengan tata kelola global untuk mengembangkan solusi praktis bagi pembangunan berkelanjutan.
Selain pencapaian tersebut, Guo menyoroti secara khusus Global-Scale Sustainable Development Scientific Monitoring Report (2025), yang dirilis sehari sebelumnya pada upacara pembukaan WSTDF 2025. Laporan ini merangkum satu dekade terobosan teknologi yang telah mengatasi keterbatasan data tradisional dan menghasilkan hasil pemantauan yang sebanding melalui big Earth data.
Sejalan dengan upaya ini, Digital Sustainable Development Goals Programme (DSP), yang diinisiasi oleh CBAS dan disetujui oleh UNESCO, telah mendapatkan dukungan dari 63 institusi di 32 negara dan wilayah, dan tetap berperan penting dalam membentuk visi pasca-2030.
Hiromichi Fukui, Mantan Wakil Presiden Chubu University di Jepang, memaparkan bagaimana teknologi Digital Earth, khususnya Land Cover Breakthrough (LCB) Project, mendorong pencapaian tujuan keberlanjutan. Proyek LCB memanfaatkan AI dan data satelit untuk meningkatkan pemetaan tutupan lahan, mengurangi biaya, dan mempercepat pencapaian target konservasi global 30×30. Ia menekankan bahwa “kita membutuhkan dunia yang kolaboratif” untuk mencapai tujuan tersebut.
Pembicara keynote lainnya mengeksplorasi kerangka kerja integratif untuk data spasial, penginderaan jauh, dan analisis sosial-ekonomi guna mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan kerja sama internasional.
Dipimpin oleh Li Songnian, Ketua Academic Network of UN-GGIM, diskusi panel menghadirkan perwakilan dari Asia, Afrika, Eropa, dan Pasifik. Diskusi mengeksplorasi pemanfaatan inovatif teknologi Digital Earth dan prinsip pengelolaan geospasial yang bertanggung jawab untuk memajukan SDGs, serta memberikan bukti konkret bagaimana AI dan big data mentransformasi SDGs melalui infrastruktur data yang lebih tangguh. Para panelis menekankan bahwa inklusivitas dan akses bersama terhadap sumber daya digital sangat penting agar “tidak ada yang tertinggal” dalam transformasi digital global.
Sesi ini ditutup dengan peluncuran Digital Earth Initiative for the Sustainable Development Goals, sebuah kerangka kerja kolaboratif yang mendorong infrastruktur data bersama, sains terbuka, dan aplikasi AI yang etis. Para peserta sepakat bahwa kemajuan menuju keberlanjutan tidak hanya bergantung pada teknologi canggih, tetapi juga pada kemitraan internasional yang kuat—sebuah gagasan yang tercermin di seluruh agenda WSTDF mengenai inovasi bersama dan kerja sama global.
Sesi Tematik Digital Earth Supporting Sustainable Development, salah satu dari sepuluh sesi paralel di WSTDF 2025, selaras dengan tema utama forum, “AI for Science and Development (AI4SD),” menampilkan solusi digital konkret di domain geospasial.
WSTDF, acara unggulan bidang sains dan teknologi yang diluncurkan oleh CAST pada 2019, tahun ini menyambut sekitar 800 delegasi dari pemerintah, akademia, pendidikan, dan industri.
The issuer is solely responsible for the content of this announcement.

















