BERITA

Selamatkan Danau Toba, Siswa SMA Ini Sulap Eceng Gondok Jadi Pupuk Nabati

691
×

Selamatkan Danau Toba, Siswa SMA Ini Sulap Eceng Gondok Jadi Pupuk Nabati

Sebarkan artikel ini
Foto: Jakarta Student Symposium

JAKARTA – Stefan Atmadja, siswa kelas 11 SMA Jakarta International School menjadi salah satu peserta yang mempresentasikan ide dan aksi nyata untuk membawa perubahan bagi bumi, dalam acara simposium yang digelar oleh Jakarta Student Symposium (JSS). Ide yang dibawanya yakni mengubah tanaman gulma eceng gondok yang merusak Danau Toba menjadi pupuk hayati bagi para petani.

Stefan mengembangkan pupuk organik yang berasal dari eceng gondok di Danau Toba, yang diberi nama Steba, singkatan dari Sahabat Petani Toba. Pupuk hayati ini telah diuji dan hasilnya dinyatakan sebagai pupuk yang kualitasnya di atas rata-rata, serta dapat meningkatkan produktivitas petani.

Pada acara simposium bertajuk ‘Saving our Earth’ yang digelar di Soehana Hall, Jakarta, Rabu (24/5) ini, Stefan mengatakan proyek ini bermula dari keprihatinan ketika melihat indahnya Danau Toba yang tertutup eceng gondok.

“Padahal Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang sangat indah dan menjadi salah satu Global Geopark UNESCO. Namun sayang tertutup oleh eceng gondok yang pertumbuhannya tidak terkontrol,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/5/2023).

Menurut Stefan, tanaman eceng gondok yang menutupi danau menimbulkan 3 persoalan. Pertama, kerapatan eceng gondok menghalangi sinar matahari sehingga menghambat proses fotosintesis organisme di dalam danau.

“Kedua, mengurangi kadar oksigen yang akan menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Dan yang ketiga, persoalan pariwisata. Karena dapat mengurangi keindahan pemandangan yang kemudian akan berakibat pada menurunnya daya tarik pariwisata,” terangnya.

Stefan menegaskan tujuan proyek tersebut adalah untuk mengembalikan keindahan Danau Toba dan sekaligus mengubah eceng gondok menjadi sesuatu yang mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

“Yaitu dengan mengumpulkan dan memproses eceng gondok tersebut menjadi pupuk. Kandungan nitrogen dalam eceng gondok cukup tinggi yang tentu saja merupakan material yang baik untuk pupuk,” jelasnya.

Selain telah mengantongi hasil uji laboratorium dari Sucofindo, produk pupuk hayati tersebut juga telah digunakan oleh sejumlah petani di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

“Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, penggunaan pupuk dari eceng gondok pada tanaman padi mempercepat pertumbuhan padi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pupuk tersebut. Saya harap, proyek ini dapat memberikan impact untuk meningkatkan produktivitas para petani, dan sekaligus membuat danau kembali indah serta mempertahankan nilai pariwisata Indonesia,” katanya.

Dalam presentasinya, Stefan menjelaskan dari awal proses bagaimana pupuk tersebut tercipta dari tanaman eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman berjenis gulma tersebut, mulai dari pengumpulan, pencacahan, pengeringan, hingga proses fermentasi.

Sementara itu, Head of Communication YKAN (Yayasan Konservasi Alam Nusantara) Sally Kailola mengapresiasi simposium yang digelar JSS.

Setelah menyaksikan pemaparan yang dilakukan para siswa, saya sangat kagum dan sekaligus bangga. Ini adalah loncatan luar biasa, di mana para pelajar sebagai generasi muda ini telah memberikan kontribusi nyata, yaitu solusi atas permasalahan-permasalahan yang ditemukan. Mereka inilah yang akan membuat perubahan di masa depan,” tuturnya.

Sebagai informasi, acara ini menjadi simposium perdana bagi JSS dan menghadirkan 12 karya yang menjadi solusi nyata terhadap permasalahan yang menjadi perhatian dunia. Uniknya, pada simposium ini, para peserta bukan hanya mempresentasikan ide sesuai dengan minat mereka masing-masing, namun juga menunjukkan hasil aksi nyatanya yang telah terbukti efektivitas serta pengaruhnya dalam membawa dampak perubahan.

Untuk diketahui JSS merupakan koalisi nirlaba yang independen dan didedikasikan sebagai wadah bagi para generasi muda yang memiliki mimpi untuk melakukan sesuatu dan memimpin generasinya dalam menciptakan kesadaran terhadap topik-topik yang paling relevan dan menjadi perhatian dunia saat ini. Adapun beberapa karya lain yang ikut dipamerkan pada simposium ini di antaranya proyek usaha mereduksi jejak karbon, proyek konservasi air bersih, proyek pengembangan beras fortifikasi, dan lain sebagainya.

Sumber: detik.com