JAKARTA – Bintang film sebesar Tom Cruise bisa saja diam, membuat film beberapa tahun sekali dan hidupnya akan tetap sejahtera.
Dikutip dari detikhot, Tapi tidak dengan Tom Cruise. Aktor dan pembuat film yang ini selalu berupaya untuk bagaimana caranya tetap mendatangkan penonton ke bioskop, altar pecinta film yang layak.
Tom Cruise adalah banyak hal. Kita bisa membaca semua gosip tentang dirinya, mantan-mantan istrinya atau hubungannya dengan Scientology.
Tapi kalau ada satu hal yang membuatnya tidak akan pernah di-cancel oleh penggemar film adalah kenyataan bahwa Tom Cruise adalah seorang pecinta sinema.
Setelah tahun lalu menyelamatkan banyak bioskop dengan Top Gun: Maverick yang berhasil menjadi salah satu film paling box office tahun lalu, Tom Cruise di musim panas ini kembali sebagai Ethan Hunt dalam jilid terbaru serial Mission: Impossible yang diberi tajuk Dead Reckoning.
Jangan kaget kalau film ini berakhir dengan cliffhanger karena cerita film ini memang didesain untuk belum selesai (lanjutannya akan rilis tahun depan). Seberapa gila jilid yang terbaru ini? Untuk permulaan, Tom Cruise bermain-main dengan kematian di depan dan di belakang kamera.
Aksinya loncat dari gunung (atau bukit?) menggunakan motor dilakukan oleh Tom Cruise sendiri tanpa stuntman. Berita bahwa film ini disyuting di tengah-tengah puncak pandemi juga membuktikan bahwa Tom Cruise tidak pernah bermain-main dalam menciptakan spektakel.
Ditulis oleh Christopher McQuarrie dan Erik Jendresen, Dead Reckoning bagian pertama menggunakan AI (artificial intelegence) sebagai musuh utamanya. AI bernama Entity ini (bersiaplah mendengar namanya setiap dua menit sekali) terlalu cerdas untuk manusia dan sepertinya ia akan membelot. Di dunia ini ada dua kunci yang bisa membuka lokasi dimana Entity ini berasal.
Ethan Hunt (Tom Cruise) diberi informasi bahwa bestie-nya, Ilsa Faust (Rebecca Ferguson), memiliki satu kunci tersebut dan ia harus mendapatkannya. Hunt pun mengumpulkan teman-teman lainnya, Luther (Ving Rhames) dan Benji (Simon Pegg), untuk mulai mencari kunci yang lain.
Mission:Impossible jelas bukan satu satunya franchise yang membahas tentang orang-orang keren yang luar biasa kompeten dalam menyelamatkan dunia. Tapi ia mungkin salah satu franchise yang selalu berhasil dalam menjual spektakelnya dengan berhasil.
James Bond punya cewek-cewek cantik sebagai pemanis. Serial Fast and Furious terlalu terasa seperti mainan anak-anak untuk dianggap serius (film mana pun yang menampilkan mobil terbang di luar angkasa masuk kategori sci:fi).
Mission: Impossible meskipun kadang mempunyai plot yang terasa over-the-top selalu bisa tetap terasa grounded dan
meyakinkan. Kalau dalam jilid sebelumnya (Fallout) McQuarrie bermain-main dengan siapa sebenarnya disini yang jahat, Dead Reckoning adalah pengingat terhadap penonton bahwa apa yang dilakukan oleh Ethan Hunt dan kawan-kawan adalah sesuatu yang berat.
Mulia, tapi orang-orang ini harus mengorbankan banyak hal dalam hidupnya untuk menjaga dunia tetap berjalan. Itulah sebabnya Anda akan melihat dan mendengar banyak obrolan tentang pilihan.
Pembukaannya saja tentang seorang agen baru yang berkali-kali harus diyakinkan oleh Ethan Hunt apakah dia yakin dengan pilihannya ini. Dari sini Dead Reckoning bagian pertama berubah menjadi kisah tentang Ethan Hunt berhadapan dengan momok dari masa lalu.
Gabriel (Esai Morales) muncul dan membuatnya pusing tujuh keliling. Dan McQuarrie membuat kepusingan Ethan Hunt ini menjadi salah satu pengalaman menonton paling asyik di bioskop sejauh ini. Semua set pieces berjalan dengan semestinya. Dan kita sebagai penonton mendapatkan semua rasa yang berbeda-beda.
Ada sekuens di bandara yang terasa seperti film spionase. Ethan Hunt tidak hanya harus menghindar dari kejaran polisi tapi Benji juga harus melakukan sesuatu yang melibatkan keringat mengucur deras. Di momen ini McQuarrie dengan jeniusnya mengenalkan karakter baru, Grace (Hayley Atwell), dengan efektif yang seketika akan membuat penonton paham kenapa karakter ini didesain untuk menjadi anggota baru geng ini.
Untuk momen yang ringan dan seru, kita diajak untuk menyaksikan adegan kejar-kejaran mobil yang melibatkan mobil kuning cilik yang menggemaskan. Dan untuk adegan yang menegangkan, kita diajak ke Venice. Ini adalah momen yang paling terasa seperti Mission: Impossible zaman dulu yang lebih mengedepankan tensi daripada spektakel.
Sebagai penutup, McQuarrie menyajikan sekuens di kereta yang untuk melihat kemegahannya, Anda harus menyaksikannya di layar lebar. Di sinilah akhirnya Dead Reckoning bagian pertama membuktikan mengapa Anda harus menyaksikan film ini di bioskop. Di layar IMAX, film ini terasa begitu besar kemegahannya.
Ada sensasi yang sungguh menyenangkan melihat sebuah film yang Anda tahu hampir semua stunt-nya dilakukan di lokasi beneran. Bandingkan dengan banyak blockbuster yang rilis akhir-akhir ini (terutama yang tayang di
streaming). Bujet mereka bisa jadi sama besarnya tapi kelihatan sekali hampir semuanya menggunakan CGI untuk menipu magisnya sinema.
Di Dead Reckoning bagian pertama, setiap jengkalnya terasa sensasional. Dari adegan kejar-kejaran di Italia sampai klimaksnya yang dahsyat di kereta, film ini berhasil dengan sukses untuk membuat saya merasakan keseruan yang menyenangkan.
Sesuatu yang hanya bisa saya dapatkan dari sebuah blockbuster yang dibuat dengan baik. Dan sekali lagi, Tom Cruise berhasil meyakinkan saya untuk tetap setia dengan petualangannya ini.
Mission Impossible: Dead Reckoning Part 1 dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.***
Editor: Redaksi