JAKARTA – Saat ini pencemaran udara sudah sangat memprihatinkan sehingga semua pihak harus memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan,PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajak masyarakat untuk kurangi polusi dengan naik kereta api.
“Banyak yang mulai sadar akan adanya perubahan iklim. Sehingga, tak sedikit individu yang mulai melek soal emisi dari kendaraan. Sebab, gas buang dari kendaraan juga berkontribusi cukup besar terhadap pencemaran udara,” kata Vice President Public Relations KAI Joni Martinus dalam keterangan tertulis, Senin (19/6/2023), dikutip dari detikTravel.
Ia mengatakan menggunakan moda transportasi massal untuk menunjang mobilitas sehari-hari mampu mengurangi polusi udara. Adapun moda transportasi yang bisa digunakan yakni kereta api.
Menurutnya, kereta api mampu memberikan kenyamanan dan efisiensi perjalanan. Selain itu, kereta api juga dianggap sebagai moda transportasi ramah lingkungan.
“Dibandingkan dengan moda lain, kereta api memiliki sejumlah manfaat yang signifikan dalam hal keberlanjutan. Salah satunya adalah pengurangan emisi karbon. Kereta api menggunakan tenaga listrik atau diesel yang lebih efisien, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan lainnya. Hal ini membantu mengurangi dampak negatif terhadap perubahan iklim dan lingkungan,” jelasnya.
Ia mengatakan efisiensi kereta api dapat dilihat dari kapasitas angkut yang besar. Lebih detail, ia menjelaskan satu rangkaian kereta api jarak jauh terdiri dari 8-14 kereta dan dapat mengangkut penumpang sekitar 1.120 penumpang sekali jalan. Jika dibandingkan dengan mobil pribadi kapasitas 7 orang atau motor berkapasitas 2 orang, maka sekali perjalanan kereta api dapat menggantikan 160 mobil atau 560 motor.
“Hal ini mengurangi kebutuhan akan bahan bakar fosil dan membantu menjaga ketersediaan sumber daya energi,” ungkapnya.
Berdasarkan penelitian Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris melalui Our World in Data, emisi setara CO2 per penumpang km pada kereta api adalah 41 gram, sepeda motor 103 gram, dan mobil 192 gram.
Dengan demikian, saat melakukan perjalanan dengan kereta api yang mengangkut 1.120 penumpang, emisi CO2 yang dihasilkan hanya sebanyak 45.920 gram per km. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan emisi CO2 yang dihasilkan oleh sepeda motor sebesar 115.360 gram dan mobil sebanyak 215.040 gram dalam perjalanan yang sama.
“Dengan memilih naik kereta api, kita dapat berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap perlindungan lingkungan,” jelasnya.
Ia mengatakan pihaknya memiliki sejumlah layanan kereta yang lebih ramah lingkungan yang menggunakan sumber energi listrik seperti KRL Jabodetabek, KRL Yogyakarta-Solo, KA Bandara Soekarno-Hatta, serta LRT Sumatera Selatan. Menurutnya, perjalanan kereta komuter, satu rangkaian KRL terdiri dari 8 hingga 12 kereta dengan kapasitas maksimal 3.000 penumpang.
Dengan demikian, satu rangkaian KRL tersebut mampu menggantikan penggunaan 428 mobil pribadi dan 1.500 sepeda motor.
“Ke depannya, KAI juga akan memperkenalkan kereta berenergi listrik pada LRT Jabodebek dan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung,” tambahnya.
Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat pihaknya juga melakukan penambahan jumlah perjalanan kereta api dengan diberlakukannya Grafik Perjalanan Kereta Api 2023 (Gapeka) mulai 1 Juni 2023.
“Jumlah perjalanan kereta api penumpang bertambah sebanyak 48 perjalanan, meningkat dari 605 KA menjadi 653 KA. Selain itu, untuk kereta api barang bertambah 6 KA dari 322 KA menjadi 328 KA,” jelasnya.
Menurutnya, pada Gapeka 2023, KAI melalui anak perusahaannya, KAI Commuter melakukan beberapa peningkatan pelayanan dari segi perjalanan keretanya. Peningkatan-peningkatan layanan ini dilakukan untuk menarik masyarakat sehingga beralih dari kendaraan pribadi ke kereta api.
Di wilayah 1 Merak misalnya, Commuter Line menyediakan 14 perjalanan dengan waktu tempuh perjalanannya yang menjadi lebih cepat 8 menit dan rata-rata headway lebih singkat 5 menit.
Sementara itu, wilayah 2 Bandung tersedia 58 perjalanan yang terdiri dari 40 perjalanan Commuter Line Bandung Raya relasi Padalarang – Cicalengka, 6 Perjalanan Commuter Line Garut relasi Garut/Cibatu – Padalarang/Purwakarta, 10 Perjalanan Commuter Line Walahar relasi Purwakarta – Cikarang, dan 2 Perjalanan Commuter Line Jatiluhur relasi Cikampek – Cikarang.
“Waktu perjalanan Commuter Line menjadi lebih singkat 6 menit, yaitu dari 119 menit menjadi 113 menit. Demi meningkatkan pelayanannya, Stasiun Gedebage juga telah diaktifkan di wilayah 2 Bandung sebagai tempat naik dan turun penumpang,” ungkapnya.
Untuk wilayah 6 Yogyakarta, jumlah perjalanan Commuter Line Yogyakarta terdiri dari 20 perjalanan pada hari kerja dan 24 perjalanan pada akhir pekan. Sedangkan untuk Commuter Line Prameks tersedia 8 perjalanan. Dengan diberlakukannya Gapeka 2023, sekarang penumpang Commuter Line Yogyakarta juga dapat naik dan turun di Stasiun Palur.
Wilayah 8 Surabaya terdapat 60 perjalanan kereta Commuter Line yang melayani Surabaya dan sekitarnya. Ia mengatakan, kini, Stasiun Blitar digunakan untuk transit Commuter Line Penataran dan Commuter Line Dhoho. Selain itu, Stasiun Pakisaji, Stasiun Purwoasri, dan Stasiun Ngujang juga dapat digunakan untuk naik turun penumpang.
Sementara itu, untuk perjalanan Commuter Line Basoetta bertambah 16 perjalanan menjadi 56 perjalanan setiap hari, naik dari jumlah sebelumnya yang hanya ada 40 perjalanan. Kecepatan perjalanan kereta api juga ditingkatkan menjadi 75 km/jam dari kecepatan sebelumnya 70 km/jam.
“Kami berharap dengan penambahan perjalanan ini dapat menjadi salah satu kontribusi KAI Grup pada lingkungan hidup. Kami juga mengajak masyarakat agar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, salah satunya kereta api, untuk mengurangi kemacetan dan tentunya polusi udara,” jelasnya.
“Untuk detail terkait layanan perjalanan Commuter Line, masyarakat dapat mengakses media sosial Commuter Line di @commuterline, atau di @kai121 untuk kereta api secara umum,” sambungnya.
Terakhir, ia mengajak masyarakat untuk menggunakan moda transportasi ramah lingkungan, sehingga bisa berkontribusi terhadap kelestarian alam.
“Kita dapat menjadikan naik kereta api sebagai solusi transportasi yang ramah lingkungan. Mari kita berpartisipasi dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi ini dengan memilih naik kereta api sebagai pilihan transportasi yang bertanggung jawab,” tutupnya, demikian dikutip dari detikTravel.***
Editor: Redaksi