TASIKMALAYA – Pohon bambu bagi masyarakat Indonesia tentu bukan jenis tanaman yang aneh karena hampir di setiap daerah dengan mudah bisa ditemukan aneka jenis pohon bambu. Meskipun kualitas bambu yang satu dengan yang lain tentu berbeda, begitupun dengan manfaat dan kegunaan masing masing jenis bambu tersebut berbeda pula.
Nilai manfaat dari pohon bambu sangat tergantung pada kreativitas masyarakatnya. Ada yang hanya sekedar dijadikan bahan kayu bakar saja, sebagai komponen pembuatan rumah, atau aneka produk karya seni seperti terlihat di Bambu Raya, kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
“Para pengrajin bambu di tempat ini sangat kreatif sehingga bambu menjadi bahan dasar pembuatan produk kreatif yang bernilai ekonomi tinggi, karenayang dijual bukan bahan bambunya melainkan karya seni yang penuh estetika luar biasa,” ujar Ketua Umum Prawita Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (Genppari), Dede Farhan Aulawi yang ditemui setelah berkunjung ke Tasikmalaya, Ahad (21/6/2020).
Tanaman bambu seringkali dipandang sebagai tanaman yang tumbh dengan sendirinya, tetapi ada juga yang sengaja ditanam dengan konsep budi daya tanaman bambu untuk menjaga kelangsungan hidupnya di masa depan. Kebutuhan umat manusia pada bambu ini dari tahun ke tahun pasti akan terus meningkat sehingga budi daya bambu menjadi sebuah keharusan guna mendukung kebutuhan umat manusia.
Bambu adalah tanaman “penyimpan air”, sehingga tanaman ini dipandang cocok untuk revitalisasi sumber air, dan juga menahan pinggiran sungai dari kemungkinan abrasi sungai. Oleh karena itu sering dijadikan tanaman reboisasasi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS).
Pentingnya budi daya di Indonesia perlu segera digemakan ke seluruh pelosok negeri, karena ada banyak manfaat dari keberadaan pohon bambu ini. Bahkan budi daya bambu dalam skala besar juga sudah mulai banyak dilakukan di beberapa negara seperti di Danau Besar Afrika di Afrika Tengah bagian timur, terutama di Rwanda.
Selain itu, berbagai perusahaan di Amerika Serikat juga menumbuhkan, memanen, dan mendistribusikan spesies bambu seperti Phyllostachys Edulis. Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae. Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu.
“Pemanfaatan bambu guna menunjang kebutuhan manusia saat ini banyak digunakan baik sebagai peralatan rumah tangga, senjata, bahan pembuatan rumah, alat musik, alat transportasi (rakit), kostum/pakaian dan berbagai produk karya seni yang lahir dari tangan tangan terampil dan telaten seperti di Bambu raya, Tasikmalaya ini,” ujar Dede.
Adalah komunitas Bambu raya yang bisa menjadi teladan kreativitas bambu. Para pengrajinnya mampu membuat aneka produk anyaman dari bambu dengan kualitas produk, keunikan dan keindahan yang luar biasa. Di bawah pimpinan Kang Dadang, komunitas yang terletak di Kampung Selarema, Desa Jayamukti, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya ini semakin terkenal dengan aneka karyanya.
Karya karya tersebut merupakan perpaduan nilai seni dan nilai ekonomi yang dikemas dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Itulah sebabnya tim Prawita Genppari sengaja datang ke tempat tersebut setelah berkoordinasi dengan Kang Rizal dan kang Wandy yang menaruh perhatian tinggi pada produk produk kreatif yang terkait dengan kepariwisataan. Bahkan sudah diminta kerjasama oleh Pemerintah daerah lainnya.
“Dalam kesempatan dialog dengan para pengrajin bambu, GENPPARI menerima banyak masukan terkait dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh para pengrajin, baik terkait kebutuhan bantuan permodalan, permesinan yang menunjang produk kerajinan, dan lain lain. Dari dialog yang sangat cair dan interaktif tersebut, mudah mudahan akan terus terjalin silaturahmi dan komunikasi untuk saling mendukung dan memajukan demi kesejahteraan bersama,” tutupnya.