MEDIA OUTREACH

Pemenang Hackathon Microsoft AI for Accessibility 2023 Tunjukkan Bagaimana Inklusi Merupakan Inovasi di Asia Pasifik

731
×

Pemenang Hackathon Microsoft AI for Accessibility 2023 Tunjukkan Bagaimana Inklusi Merupakan Inovasi di Asia Pasifik

Sebarkan artikel ini

SINGAPURA – 3 Juli 2023 – Hackathon Microsoft AI for Accessibility (AI4A) 2023 merupakan acara tahunan bagi tim di Asia Pasifik untuk mengatasi masalah dan mengembangkan solusi, guna mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif. Pada tahun 2023, 119 tim mahasiswa dari universitas di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam menciptakan ide aplikasi yang dapat mengatasi tantangan kehidupan nyata bagi penyandang disabilitas.

Tim Prambanan dari Telkom University di Indonesia mengembangkan Katakan AI, sebuah solusi untuk memberdayakan teman tuli agar dapat berkomunikasi dengan teman dengar secara lebih efektif di ruang virtual. Menggabungkan fitur-fitur dari Azure Cognitive Services, Microsoft Translator, dan AI chat box, tim ini merancang sebuah inovasi digital, baik dalam bentuk platform desktop dan mobile yang berdiri sendiri, maupun sebagai extension di platform penyedia layanan konferensi lainnya. Dengan pola kerja hybrid yang akan terus berlangsung, solusi ini bertujuan membantu teman tuli menikmati lingkungan kerja yang lebih efisien.

Di Filipina, Tim Cognitics dari Lyceum of the Philippines University – Batangas menciptakan sebuah gelang pintar [digunakan di pergelangan tangan] untuk memberikan obat secara proaktif melalui teknologi psikometri. Melalui penggabungan AI dengan teknologi psikometri, produk tanggap darurat ini menyediakan cara yang cepat untuk mendeteksi keadaan darurat dan memberikan obat yang diperlukan.

Tim A-EYE dari Universiti Teknologi Malaysia mengembangkan prototype aplikasi untuk membantu pejalan kaki yang memiliki gangguan penglihatan menyeberangi jalan dan bernavigasi dengan aman. Menggunakan Azure Custom Vision, prototype ini memberikan peringatan kepada orang-orang dengan gangguan penglihatan untuk mencegah mereka menabrak sesuatu.

Tim Wrap dari School of Computing National University of Singapore mengembangkan NAVI, aplikasi navigasi yang dirancang untuk memberdayakan individu dengan gangguan penglihatan agar bisa bepergian dengan percaya diri. NAVI menyediakan petunjuk rute yang dapat didengar dan memanfaatkan teknologi AI untuk mendeteksi penghalang maupun penanda jalan secara langsung melalui kamera ponsel. Selain itu, aplikasi ini juga menerima masukan suara untuk kendali yang lebih nyaman dan menyediakan interface dengan tampilan yang besar dan umpan balik yang bisa didengar, sehingga memastikan para individu dengan gangguan penglihatan dapat menggunakannya secara mudah.

Dari Sri Lanka, Tim Hear Me, Sri Lanka Institute of Information Technology memperkenalkan Hear Me, aplikasi self-learning berbasis AR untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran. Platform interaktif ini menyediakan lingkungan belajar yang kaya, yang mampu meningkatkan keterampilan komunikasi dan pengembangan kognitif, sehingga menjadi sumber daya yang berharga bagi anak-anak yang berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Di Thailand, Tim DEVA dari King Mongkut’s University of Thonburi mempersembahkan Neon, pembuat presentasi bertenaga AI, untuk membantu orang-orang yang memiliki gangguan penglihatan dengan menyoroti pengaruh signifikan teknologi dalam meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup individu dengan gangguan penglihatan.

Tim ATP dari Royal Melbourne Institute of Technology di Vietnam memperkenalkan AI SpeechCompanion, sebuah aplikasi yang membantu orang-orang dengan gangguan bicara. Solusi ini menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi sesuai kemampuan setiap individu, dengan memungkinkan mereka membuat catatan, berlatih berbicara, dan menerima dukungan. Hal ini memungkinkan individu dengan gangguan bicara menjadi lebih percaya diri, dan memberdayakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

“Dengan lebih dari 1,3 miliar penyandang disabilitas di dunia dan 690 juta di Asia Pasifik, memastikan teknologi dapat diakses siapa saja menjadi semakin kritikal. AI yang inklusif memberdayakan penyandang disabilitas, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara penuh di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial. Hal ini mendorong kesempatan yang sama, mengurangi prasangka, dan mengatasi kesenjangan sistemis. Saya sangat bangga melihat generasi entrepreneurs dan developers berikutnya mengadopsi inklusi melalui program-program seperti Hackathon Microsoft AI for Accessibility. Bersama-sama, kita memastikan setiap orang dapat berkembang, berkontribusi, dan mendapatkan manfaat dari potensi transformatif AI,” kata Pratima Amonkar, Ketua D&I dan Aksesibilitas untuk Microsoft Asia Pasifik.

Pernyataan masalah dan pemenang hackathon
Enam organisasi nirlaba dari tujuh negara berkontribusi terhadap pengembangan pernyataan masalah yang perlu dipecahkan oleh para mahasiswa. Tim-tim mahasiswa selanjutnya membangun solusi inovatif dan aplikasi AI di Microsoft Azure, dan mempresentasikannya kepada para juri dari bidang teknis maupun non-teknis. Tim-tim pemenang di setiap negara mampu menunjukkan pemahaman mendalam mengenai aksesibilitas, merancang solusi inovatif yang orisinal, serta menunjukkan kemauan untuk mengambil risiko dalam menciptakan nilai bagi penyandang disabilitas. Para tim harus menunjukkan dampak nyata, model bisnis, dan rencana pemasaran untuk meluncurkan solusi mereka.

Dikategorikan ke dalam Kehidupan Sehari-hari, Ketenagakerjaan, Komunikasi, dan Pendidikan, mereka memberikan skenario dan situasi otentik yang dihadapi oleh individu penyandang disabilitas kepada para mahasiswa. Tantangan Kehidupan Sehari-hari meliputi hambatan-hambatan yang tidak bisa dideteksi dengan white canes, menggunakan ATM, aplikasi digital, peralatan masak, dan perawatan diri. Dalam kategori Ketenagakerjaan, pernyataan tersebut mencakup job matching, pelatihan, penilaian, dukungan wawancara, dan navigasi tempat kerja. Dalam kategori Komunikasi, para mahasiswa mengeksplorasi cara menjelaskan ekspresi wajah dalam konferensi video, mengotomatisasi terapi bicara, sedangkan dalam kategori Pendidikan, mereka membuat pembelajaran dapat diakses oleh komunitas pedesaan.

Tentang Microsoft
Microsoft (Nasdaq “MSFT” @microsoft) memungkinkan transformasi digital untuk era intelligent cloud dan intelligent edge. Misinya adalah memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi di planet in untuk mencapai lebih banyak.