PERISTIWA

Pelajaran dari Honda Jazz Selap-selip di Tol Berakhir Nabrak

809
×

Pelajaran dari Honda Jazz Selap-selip di Tol Berakhir Nabrak

Sebarkan artikel ini
Honda Jazz ugal-ugalan berakhir celaka. Foto: Twitter @innovacommunity

JAKARTA – Terlihat dari rekaman handphone, pemobil Honda Jazz putih itu mulanya berada di sisi kanan jalan atau jalur cepat.

Dikutip dari detikoto, Namun tetiba, mobil putih itu langsung menggunting ke jalur paling kiri, sebab di depannya terdapat mobil yang statis.

Pemobil Honda Jazz mengalami kecelakaan di tol akibat ulahnya sendiri. Alih-alih memangkas waktu malah terjadi celaka. Belajar dari peristiwa tersebut, jalan tol bukan arena permainan.

Setelah berada di jalur kiri, pemobil itu coba menyalip kendaraan lain. Dia masuk ke tengah lalu banting setir ke kiri lagi, tiba-tiba mobilnya tak terkendali langsung mengarah ke jalur paling kanan. Brak.. Honda Jazz putih itu menabrak median jalan. Area depan mobil itu terlihat ringsek, lajunya pun langsung terhenti.

Menanggapi peristiwa tersebut, Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menjelaskan keselamatan merupakan hal nomor satu dalam berkendara, alih-alih ingin memangkas waktu malah bikin rugi pengendara lain.

“Mereka melakukan ini karena tiga alasan; gaya-gayaan dengan ngebut, ngetest mobil, dan dikejar waktu,” kata Sony saat dihubungi detikcom, Senin (10/7/2023).

Ketika hendak menyalip juga terdapat etikanya. Terutama terkait ketersediaan ruang menyalip supaya tidak bikin pengendara lain celaka.

“Kalau ingin menyalip ada tiga hal yang perlu kita perhatikan. Keperluannya apa, keamanannya bagaimana, dan apakah ada space yang tersedia. Kalau tiga hal ini terpenuhi, kita boleh-boleh saja menyalip, selama itu perlu, aman, dan ada ruang. Tapi kalau saja salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi, maka tidak perlu nyalip,” ujar Sony.

Saat berada di tol, mengatur jarak paling aman menggunakan rumus empat detik. Artinya, pengemudi harus menjaga jarak dengan kendaraan di depan setidaknya empat detik.

Asumsi dari perhitungan ini berdasarkan respons manusia yang membutuhkan 1,5 hingga 2 detik plus reaksi mekanik pengereman yang membutuhkan waktu antara 0,5 hingga 1 detik.

“Satu detik gaya momentum kendaraan, satu detik reaksi rem dan jalan, satu detik mewakili reaksi pengemudi (kaget, memindahkan telapak kaki dari pedal gas ke rem), satu detik safety factor,” urai Sony.

Di sisi lain dalam video tersebut terlihat mobil anteng di sisi kanan atau lane hogger, perilaku ini bisa mengganggu kendaraan lain yang ingin mendahului. Sebab mobil bergerak dalam kecepatan statis, padahal lajur kanan hanya digunakan untuk mendahului.

Perlu diketahui, lajur kanan hanya digunakan untuk mendahului kendaraan lain. Namun setelah melewati mobil lain disarankan kembali ke lajur tengah atau kiri tol.

Jasa Marga sebagai pengelola tol kerap mengimbau setelah berhasil melewati mobil sebaiknya kembali ke lajur tengah atau kiri. Tindakan lane hogger ini bisa memicu tabrakan beruntun.

Menyalip dari kanan

Di sisi lain Sony mengatakan ada beberapa alasan mengapa tidak disarankan untuk menyalip dari arah kiri, salah satu alasannya berkaitan dengan posisi kemudi di Indonesia yang berada di sisi kanan mobil, sehingga membuat fokus pengendara lebih cenderung memperhatikan arah kanan saja.

“Karena orang-orang terbiasa melihat kaca spion yang sebelah kanan, jarang melihat yang sebelah kiri. Kadang kalau ada kendaraan yang menyusul dari sebelah kiri, maka kendaraan yang ada di sebelah kanan itu akan kaget,” ujar dia.

Namun ada pengecualian, pada pasal 109 ayat 2 tertulis; “Dalam keadaan tertentu, Pengemudi dapat menggunakan lajur Jalan sebelah kiri dengan tetap memperhatikan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.”

Keadaan tertentu dalam pasal 109 ayat 2 itu dijelaskan dalam lampiran jika lajur sebelah kanan atau paling kanan dalam keadaan macet, antara lain akibat kecelakaan lalu lintas, pohon tumbang, jalan berlubang, genangan air, kendaraan mogok, antrean mengubah arah, atau kendaraan bermaksud berbelok kiri.

“Mendahului idealnya dari kanan sesuai peruntukan lajur di tol. Mendahului dengan pandangan aman ke depan. Mendahului dengan jarak aman dengan kendaraan di kanan dan kiri,” jelas Praktisi Keselamatan Berkendara, Andry kepada detikcom, belum lama ini.

Dia melanjutkan, sebelum mendahului pastikan cek spion. Kemudian menyalakan lampu sein, menoleh sekilas untuk mengecek blind spot, lalu perlahan pindah lajur. Pastikan semuanya aman, komunikasikan dengan kendaraan di depan untuk mendahului.

“Jaga kecepatan sesuai batas minimal-maksimal di jalan tol. Tidak bersikap arogan dengan model menggunting jalur kendaraan lain. Terapkan tata krama tinggi dan saling menghormati ke sesama pengguna jalan. Selalu bersikap seperti pengemudi profesional seperti melakukan hal-hal tersebut di atas,” jelasnya.***

Editor: Redaksi