DUMAI – Kemunculan organisasi ini awalnya menuai respon positif oleh banyak pihak. Karena kerap melakukan kritik sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dengan menyuarakan berbagai kesenjangan sosial dan mengkritisi kebijakan merugikan masyarakat. Kehadirannya menjadi keynote speaker bagi golongan bawah yang tertindas dan terzolimi.
Organisasi ini juga menyoroti kegiatan-kegiatan diduga melanggar aturan. Pelaku-pelaku usaha ilegal istilahnya, seperti mafia BBM ilegal, ilegal logging, ilegal mining, Gelper dan sebagainya. Pelaku usaha ketar-ketir dan akan didemo tempat usahanya agar segera tutup.
Karena gebrakan tersebut banyak pihak simpati dan mengapresiasi kehadiran organisasi kedaerahan ini. Organisasi lokal ini mulai disegani dan gebrakannya mulai ditakuti beberapa pihak. Terutama pelaku-pelaku usaha yang cenderung melanggar hukum. Siap-siaplah menjadi sorotan dan bulan-bulanan akan di demo secara besar-besaran.
Namun baru-baru ini dikalangan awak media beredar selentingan bahwa semuanya itu hanya modus semata. Menurut desas-desus dan kabar angin beredar tujuannya bukan untuk menyuarakan persoalan tetapi untuk kepentingan sendiri. Selentingan tersebut senada dengan dikatakan sumber layak dipercaya kepada awak media.
“Munafik semuanya, seakan sebagai pembela masyarakat menyuarakan kebenaran dan menentang kezaliman atas pelanggaran hukum terjadi, modus semuanya hanya trik tujuannya agar pelaku usaha ilegal mengajak berunding, jika terjadi kesepakatan maka ada imbalan/atensi diberikan dan itu tergantung dari negosiasi amplop yang berisi,” ujar sumber disalah satu kedai kopi Jalan Jenderal Sudirman.
Sumber tahu persis dengan apa yang dikatakan karena mengaku dahulunya bagian kelompok yang sama. Sehingga tidak merasa heran dengan apa yang terjadi sekarang, istilahnya lagu lama semuanya.
“Ngerti dan paham karena pernah bersama tetapi lambat laun terasa bertentangan dengan hati nurani dan memilih keluar, biasanya pola kerjanya dicari dulu kegiatan yang diduga melanggar aturan/ilegal, setelah itu minta tolong rekan media dikenal untuk merilis, jika tidak ada respon buat rencana demo dan surati pihak terkait dan jika tidak juga ditanggapi aksi demo berlanjut, namun masa aksi terkadang tidak sesuai ekspektasi paling puluhan orang,” pungkasnya dan minta identitasnya tidak publish, Senin (24/7) sore.
Penelusuran media bahwa modus oknum organisasi yang koar-koar menegakkan aturan. Memberantas kegiatan ‘haram’ yang merugikan masyarakat atau Negara. Namun ternyata memiliki agenda lain disebut-sebut menjadi perhatian aparat penegak hukum (APH). Karena gerakan dan gebrakan terendus hanyalah modus semata untuk meraup keuntungan pribadi atau kelompoknya.
Kemungkinan APH mengawasi karena ada potensi pidana yang timbul seperti pemerasan misalnya. Menjadi catatan bukan hanya oleh organisasi tersebut namun perilaku serupa menular pada pihak lainnya. Di banyak Daerah telah banyak oknum yang tertangkap. Semoga APH di Dumai bisa mengindentifikasi karena bisa merusak yang tidak ikut melakukan.***