JAKARTA – Menhan Prabowo Subianto bakal berupaya melakukan percepatan pengadaan 12 pesawat tempur bekas Angkatan Udara Qatar.
Dikutip dari detik.com, Prabowo memandang kebutuhan akan pesawat tempur untuk RI sangatlah mendesak. Apa alasannya?
“Ini sesuatu yang sangat mendesak karena kita harus punya suatu penangkal. Sangat-sangat tidak benar negara sebesar kita seluas kita, sekaya kita tidak punya pertahanan udara yang kuat,” kata Prabowo Subianto di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (19/6/2023).
Proses pengiriman pesawat tempur Mirage 2000-5 itu sejatinya membutuhkan waktu sekitar 24 bulan setelah kontrak efektif berlaku. Namun Prabowo berharap agar prosesnya dipercepat.
“Asal semua tanda tangan selesai, jadi ya proses kita juga terkait dengan lembaga-lembaga lain ya. Ada Kemenkeu, dan sebagainya. Secepat mungkin itu tiba, saya kira enggak sampai 24 bulan. Saya berharap ya, mudah-mudahan, mungkin tanda tangan habis itu ya saya berharap 3-4 bulan setelah tanda tangan,” ucapnya.
Prabowo memandang pembelian 12 pesawat tempur bekas AU Qatar sebagai solusi sementara. Pasalnya, pesawat tempur milik TNI banyak yang usang. Sementara proses pembaruan (refurbished) pesawat tempur setidaknya membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Sejauh ini, upaya pembaruan alutsista TNI dilakukan dengan membeli pesawat baru Rafale dari Perancis. Namun, dibutuhkan waktu yang panjang mendatangkan pesawat itu ke tanah air.
“Nah pesawat baru yang kita udah tandatangan kontrak terutama Rafale dari Prancis, itu paling cepat adalah yang pertama datang 36 bulan. Jadi 3 tahun dan mesinnya itu kira-kira 60 bulan. Jadi operasional mungkin 60 bulan, jadi 5 tahun,” terangnya.
“Jadi itulah upaya kami di Kemenhan pertama refurbished pesawat tempur kita sekarang. Semua kita refurbished dan sedang kita laksanakan sekarang dan kita harus beli suatu pesawat-pesawat yang bisa segera secepatnya operasional,” lanjutnya.
Dari segi teknologi, Mirage 2000-5 memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan Rafele buatan Perancis. Sehingga, para pilot RI bisa menyesuaikan diri sebelum mengoperasikan Rafale.
“Mirage yang dari Qatar ini adalah Mirage Desk 2005. Ini sangat canggih dan merupakan teknologi yang hamlir, istilahnya sangat compactable dengan Rafale. Ini bisa dikatakan penyesuaian pilot-pilot kita dengan teknologi menuju ke Rafale. TOT nya karena ini pesawat bukan baru, tentunya kita punya penerbang dan kru maintanance belajar dengan teknologi ini,” terangnya.
Selain itu, usia pemakaian belasan pesawat bekas Mirage 2000-5 tergolong muda, di mana usia pemakaiannya berkisar antara 10-15 tahun. Sementara usia normal pemakaian pesawat sekitar 30 tahun.
“Kita punya deterance yang lebih cepat dari 36 bulan dan alutista ini relatif muda. para ahli kita kirim, kita periksa, rata-rata usia pake nya masih 10-15 tahum. Karena usia pesawat kira-kira 30 tahun. Qatar ini sangat kecil mungkin sama jabodetabek, sama Bogor aja masih gedean Bogor. Istilahnya jam terbangnya masih sangat muda,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli 12 pesawat tempur bekas Angkatan Udara Qatar. Prabowo sebelumnya Prabowo menjelaskan, pembelian pesawat bekas itu untuk mengisi kekosongan pesawat tempur TNI AU sebelum pesawat baru, Rafale, yang dibeli dari Perancis, datang ke Tanah Air.
Untuk mengisi gap selama rentang waktu tersebut, lanjut Prabowo, pesawat yang dinilai potensial ialah Mirage 2000-5. Dia mengaku bersyukur berhasil mengakuisisi jet tempur asal Qatar ini meskipun barang bekas.***
Editor: Redaksi