TRAVEL

Kisah Sedih Sebuah Desa Hilang, Tinggal Makam Dengan Batu Nisan Kuno

687
×

Kisah Sedih Sebuah Desa Hilang, Tinggal Makam Dengan Batu Nisan Kuno

Sebarkan artikel ini
Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim

GRESIK – Desa yang lokasinya berjarak kurang lebih 1 kilometer dari Desa Lowayu, Kecamatan Dukun itu tinggal makam dengan batu nisan yang terlihat kuno. Makam itu dikelilingi himpunan pohon bambu.

Dikutip Penjurupos dari detik.com, Kisah sedih melingkupi Desa Kemuning di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Desa itu hilang usai warganya diteror macan secara membabi buta.

Tak ada satu pun rumah yang bisa ditemukan di sekitaran makam tersebut. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah alang-alang, semak belukar, dan lahan pertanian yang tak lagi difungsikan.

Dari informasi yang dihimpun, Desa Kemuning yang wilayahnya saat ini berada di Kecamatan Dukun dan berbatasan langsung dengan desa lain di Kabupaten Lamongan itu sudah ada sejak 1927.

Namun, penduduk desa itu mulai meninggalkan tempat tinggal mereka. Desa itu disebut benar-benar ditinggalkan oleh warganya sekitar tahun 1943.

“Saya nggak tahu pasti ada dari kapan. Tapi kata mbah-mbah saya, tahun 1927 itu sudah ada. Terus ditinggal penghuninya itu tahun 1943,” ujar Muyadi warga Desa Lowayu, Jumat (16/6/2023), dilansir dari detik.com.

Ke mana penduduknya? Muyadi mengatakan, sebagian besar pindah ke Desa Lowoayu yang berada 1 kilometer di sebelah timur dan masih ada hingga saat ini. “Kata pendahulu saya itu sebelum merdeka sudah pada pindah ke sini,” kata Muyad.

Pria 68 tahun itu menceritakan kembali apa yang ia dengar dari kakek, nenek, serta kedua orang tuanya. Dia dengar bahwa penduduk Desa Kemuning pindah karena diteror macan.

Menurutnya, cukup banyak warga Desa Kemuning yang diterkam macan saat pergi atau saat pulang dari Desa Lowayu. Beberapa jenazahnya ditemukan warga pencari kayu bakar.

“Dari cerita orang tua dulu-dulu saat saya muda, itu ada beberapa warga yang dimakan macan. Katanya yang tersisa cuma kepalanya saja,” kata Muyadi.

Salah satu kisah pilu yang terjadi di sana yakni kisah pasangan suami istri yang baru menikah. Kala itu, pengantin baru warga Desa Kemuning itu pamit pulang ke rumah mertuanya yang tinggal di Desa Lowayu.

“Tetapi setelah tiga hari, orang itu tidak pulang ke Kemuning. Warga Kemuning pun mengira orang itu menginap di rumah mertuanya,” kata Muyadi.

Namun, tiba-tiba saja istrinya datang ke Desa Kemuning untuk menyusul suaminya karena sudah 3 hari tidak pulang ke rumah. Orang tua sang suami pun menyatakan hal yang sama dan mengira anaknya tidur di rumah sang istri.

Setelah itu, beberapa hari kemudian baik sang suami maupun sang istri sama-sama tidak pulang ke rumah. Warga Desa Kemuning dan Desa Lowayu pun mulai geger dan terus melakukan pencarian.

“Sampai akhirnya mereka mendapat kabar ada warga yang menemukan kepala keduanya di alas (hutan) antara Desa Kemuning dan Desa Lowayu. Kepalanya itu dimakamkan di sini pemakaman Kemuning itu, cuma saya nggak tahu yang mana,” kata Muyadi.

Kisah pengantin baru yang diterkam macan itu hanyalah satu dari sejumlah cerita tentang teror macan yang dialami warga Desa Kemuning dan Desa Lowayu.

Selang beberapa hari setelah ditemukannya kepala kedua pasutri itu, Kepala Desa Kemuning kembali mendapat laporan warganya yang hilang saat mencari kayu bakar. Warga pun kembali melakukan pencarian hingga menemukan kepala dan tangan warga tersebut di hutan.

“Warga Kemuning pun menganggap bahwa pasutri dan pencari kayu bakar itu dimakan macan. Mereka memutuskan untuk pindah ke Desa Lowayu. Jadi warga di Desa Lowayu ini adalah keturunan dari warga Desa Kemuning juga,” katanya.***

Editor: Redaksi