JAKARTA – Siang hari selepas sholat zuhur di Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi Selasa, 6 Juni 2023. Suhu udara mencapai 42 sampai 45 derajat.
Jemaah yang keluar dari Masjidil Haram terpaksa harus menggunakan alat sekenanya untuk melindungi kepala dari sengatan panas matahari. Ada yang membawa payung, tas, sajadah atau kain surbannya untuk menutupi kepala.
Beberapa di antara mereka menuju Terminal Bab Ali yang berjarak sekitar 400 meter dari salah satu pintu keluar Masjidil Haram. Ini adalah salah satu terminal tempat bus-bus jemaah haji Indonesia.
Siang itu, di Terminal Bab Ali, enam orang petugas haji Indonesia siap mengarahkan jemaah yang akan kembali ke hotel. Mereka berdiri di bawah terik matahari yang menyengat. Tanpa atap pelindung, sekadar pohon untuk berteduh pun tak ada.
Hanya payung hijau yang mereka gunakan untuk melindungi kepala dari sengatan matahari. Itu pun ketika ada jemaah yang lebih membutuhkan, mereka siap mengalah.
M. Syaroful Anam, petugas layanan transportasi yang ditemui Tim Media Center Haji 2023 mengatakan bertugas di Terminal Bab Ali memang memiliki tantangan tersendiri. Apalagi musim haji tahun ini dengan suhu udara yang mencapai 45 derajat. Para petugas ini harus bekerja 8 jam sehari di bawah terik matahari.
“Alhamdulillah sekarang kita sudah diberi payung, diberi minuman-minuman herbal yang membantu kami apa namanya seperti membantu kami untuk mengatasi kekurangan cairan,” kata dia.
Kondisi serupa juga dialami petugas di Terminal Aziyad. Para petugas harus bekerja di bawah panasnya terik matahari. Berbeda dengan di Terminal Bab Ali, di Terminal Aziyad ada bekas kontainer yang digunakan untuk sekadar kantor petugas.
Pemerintah Arab Saudi memang tak mengizinkan adanya bangunan tambahan baik permanen maupun semi permanen sebagai kantor sementara. Sehingga petugas memang harus bekerja dengan fasilitas seadanya. Namun mereka tak pernah mengeluh.
Selain terik matahari, petugas juga menghadapi sejumlah tantangan. Bahkan Amsuri, Wakil Kepala Pos Terminal Az Jiyad, Amsuri beberapa kali harus menerima ditempeleng oleh jemaah.
“Ditempeleng (jemaah) sudah beberapa kali, biasanya mereka yang dimensia,” kata dia.
Suatu ketika, Amsuri menceritakan, ada jemaah lanjut usia yang tersesat. Kepada jemaah tersebut dia bertanya, “Bapak dari mana dan mau ke mana?”
Bukannya mendapat jawaban sesuai pertanyaan, jemaah tersebut malah balik bertanya, “Kamu siapa?”
“Bapak tersesat, mari saya bantu,” Amsuri mencoba menjelaskan pada jemaah tersebut.
Plak!!!
Namun Amsuri justru ditempeleng oleh jemaah itu. Pernah juga dia ditempeleng oleh jemaah yang akan dibantu untuk naik ke Bis.
Marahkah Amsuri?
“Ndak marah. Kalau petugas ndak sabar, janganlah jadi petugas.Biar ditempeleng kita harus ngalah. seandainya jemaah maksa tempeleng, kita lari,” kata pria asal Madura yang sudah sejak 2008 menjadi petugas haji itu.
Sumber: detik.com