Jakarta, 15 Juli 2025 — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memfasilitasi pertemuan strategis antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta Google, guna membahas potensi implementasi Android Earthquake Alert System (AEAS) di Indonesia. Sistem ini merupakan inovasi berbasis teknologi yang memanfaatkan ponsel Android sebagai sensor seismik mini untuk mendeteksi gempa bumi secara real-time dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat melalui notifikasi langsung di perangkat pengguna.
Momen ini merupakan bagian dari upaya Kemenko PMK untuk memperkuat sistem pengurangan risiko bencana nasional melalui pemanfaatan teknologi dan kolaborasi lintas sektor. Di dalam arahannya, Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kemenko PMK, Andre Notohamijoyo menekankan pentingnya keterpaduan antara inovasi teknologi global dengan sistem resmi nasional, guna mempercepat peningkatan kapasitas perlindungan masyarakat dalam menghadapi risiko gempa bumi.
Pertemuan tersebut menghadirkan Google bersama perwakilan USGS, Marc Segatis dan Richard Allen. Keduanya memaparkan bahwa sistem AEAS telah digunakan secara luas di berbagai negara dan memberikan notifikasi untuk gempa dengan magnitudo 4.5 ke atas. Berdasarkan data global, 83% pengguna merasa terbantu oleh sistem ini dan 80% merasa lebih percaya terhadap informasi peringatan gempa setelah menerima langsung notifikasi dari AEAS. Sistem ini bekerja dengan menjadikan jutaan ponsel Android sebagai semacam “seismograf berjalan” yang secara otomatis mengirimkan data ke pusat deteksi saat terjadi getaran.
BMKG menekankan pentingnya kehati-hatian dalam integrasi sistem peringatan dini dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. BNPB turut mendukung pengembangan sistem kolaboratif yang dapat mempercepat waktu peringatan dan memperluas jangkauan sistem yang sudah ada.
Selain membahas aspek teknis dan regulasi, pertemuan ini juga menyinggung perlunya strategi komunikasi publik dalam memperkenalkan teknologi baru serta perlunya penguatan literasi kebencanaan kepada masyarakat yang konsisten agar pengguna memahami bahwa estimasi awal magnitudo bisa berubah seiring pembaruan data.
Kemenko PMK menilai bahwa upaya membangun kolaborasi ini sejalan dengan rencana nasional penguatan sistem peringatan dini gempa yang saat ini sedang dikembangkan oleh BMKG, termasuk prototipe Early Warning System yang telah diuji coba di wilayah Jawa Barat. Pemanfaatan teknologi sensor ponsel diyakini akan sangat membantu menjangkau wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal oleh jaringan sensor stasioner, khususnya di daerah pedalaman atau pesisir.
Sebagai tindak lanjut konkret, Kemenko PMK berencana menyelenggarakan rapat koordinasi lanjutan, yang akan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait beserta mitra teknis dan internasional untuk memastikan sinkronisasi kebijakan dan kesiapan implementasi.
Kemenko PMK menegaskan komitmennya untuk terus mendorong kolaborasi lintas sektor, memastikan integrasi teknologi dalam sistem kebencanaan nasional berjalan efektif dan sesuai regulasi, serta menjadikan keselamatan masyarakat sebagai prioritas utama dalam pembangunan manusia Indonesia yang tangguh dan adaptif terhadap risiko bencana.
Sumber :Kemenko PMK