KEMENKO PMK — Indonesia saat ini berada pada momentum strategis bonus demografi, dengan jumlah pemuda berusia 16–30 tahun mencapai 64,22 juta jiwa atau 24 persen dari total penduduk nasional (BPS, 2024). Namun, tantangan produktivitas dan kemandirian pemuda masih tinggi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda mencapai 12,24 persen, sementara rasio wirausaha nasional baru sekitar 3,47 persen dari total populasi, masih jauh di bawah negara maju yang rata-rata di atas 10 persen.
Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Warsito menegaskan pentingnya peran pemuda sebagai pilar utama perekonomian nasional dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Hal itu disampaikan saat membuka kegiatan Youth Co:Lab 2025 Focus Group Discussion (FGD) on Entrepreneurship Ecosystem yang digelar di Aula Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
“Pemuda adalah pilar utama perekonomian Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Rasio wirausaha kita masih di bawah 4 persen, sementara negara maju sudah di atas 10 persen. Artinya, kita harus mempercepat tumbuhnya wirausaha muda agar mampu mendorong kemandirian ekonomi,” ujar Warsito.
Warsito menjelaskan, pembangunan kepemudaan diukur melalui lima pilar utama dalam Indeks Pembangunan Pemuda (IPP): pendidikan dan pelatihan, ketenagakerjaan, partisipasi masyarakat, kesetaraan gender, dan kesehatan. “Kita ingin indeks pembangunan pemuda terus tumbuh dan menjadi prioritas dalam RPJMN. Karena itu, penguatan kewirausahaan perlu diikuti dengan peningkatan kualitas dan partisipasi aktif pemuda di berbagai sektor,” tambahnya.
Lebih lanjut, Warsito menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat kemandirian dan karakter pemuda. “Tantangan kita tidak hanya pada akses, tapi juga kesiapan menghadapi otomasi dan perubahan dunia kerja. Maka, pendidikan dan pelatihan harus diiringi pembentukan karakter yang kuat,” tegasnya.
Menurutnya, karakter adalah salah satu fondasi utama dalam membangun SDM unggul, dan membentuk kewirausahaan pemuda.”Tanpa karakter, kompetensi dan kecerdasan tidak akan berarti. Karena itu, kegiatan seperti ini penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter sebagai bagian dari proses mencetak SDM unggul,” ungkapnya.
Kegiatan FGD ini merupakan hasil kolaborasi Kemenko PMK dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia serta turut didukung oleh Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan. Melalui FGD diharapkan menjadi forum strategis untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan pemuda di Indonesia. FGD ini menghimpun rekomendasi kebijakan, memperkuat jejaring antar pemangku kepentingan, sekaligus membuka ruang partisipasi lintas pihak untuk mendorong tumbuhnya wirausaha muda yang berdaya saing.
“Kerja sama Kemenko PMK dan UNDP menjadi bagian dari upaya bersama memastikan penguatan wirausaha muda. Melalui FGD ini, kita berharap muncul jejaring baru dan rekomendasi konkret untuk memperkuat kemandirian pemuda,” ucap Warsito.
Sebagai informasi, FGD Youth Co:Lab 2025 diikuti sekitar 80 peserta tatap muka dan 40 peserta daring yang berasal dari unsur pemerintah, akademisi, komunitas kewirausahaan, lembaga filantropi, hingga pelaku wirausaha sosial muda.
Kegiatan dibagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama berfokus pada identifikasi kesenjangan dan tantangan utama dalam ekosistem kewirausahaan pemuda, seperti akses pendanaan, pendampingan, dan penguatan jejaring lintas sektor. Sementara sesi kedua menitikberatkan pada diskusi solusi dan praktik baik dalam penerapan kewirausahaan pemuda.
Selama FGD berlangsung, para peserta aktif berdiskusi dalam kelompok kecil untuk merumuskan rekomendasi untuk penguatan kewirausahaan pemuda. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil pembahasan mereka di hadapan panel dan peserta lainnya.
Beberapa rekomendasi dalam forum mencakup assessment dan pendataan, sinergi kebijakan pusat dan daerah, kolaborasi lintas sektor, perluasan akses permodalan yang merata, peningkatan soft skill dan hard skill secara bekelanjutan sesuai kebutuhan para pemuda di daerah, dan pendampingan wirausaha pemuda secara berkesinambungan menjadi kunci penting pengembangan ekosistem kewirausahaan pemuda. Adapun hasil FGD ini akan kembali disempurnakan dalam bentuk policy brief pengembangan wirausaha pemuda.
Turut hadir antara lain Kepala Unit Financing for Development UNDP Indonesia Nila Murti, Rektor Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus, serta para penanggap dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Bappenas.
Sebagai penutup, Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda dan Peningkatan Prestasi Bangsa Kemenko PMK Ahmad Saufi menyampaikan bahwa hasil FGD akan menjadi bahan penting dalam penyusunan kebijakan nasional kewirausahaan pemuda.
“Kita berharap rekomendasi yang dihasilkan dapat memperkuat arah kebijakan yang tepat sasaran, termasuk dalam penyempurnaan Rancangan Perpres Kewirausahaan Nasional. Ini bagian dari komitmen pemerintah memperkuat partisipasi dan kemandirian pemuda dalam pembangunan bangsa,” ujar Saufi.
Sumber :Kemenko PMK

















