Jakarta, 26/05/25 — Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Warsito, memimpin rapat koordinasi untuk memastikan perkembangan riset perumusan kebijakan penguatan ekosistem pembangunan karakter.sejak dini di era digital, Senin (26/5). Rapat ini merupakan bagian dari pengendalian atas progres riset untuk mendorong penguatan karakter melalui Pola Pengasuhan Nasional yang digagas Kemenko PMK bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bersama tim periset dari Universitas Padjadjaran, dengan dukungan pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Kebijakan penguatan ekosistem pembangunan karakter melalui pola pengasuhan ini ditujukan untuk menjadi pedoman bagi para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak hingga remaja usia 0–18 tahun. Kebijakan ini dipandang strategis dalam menjawab tantangan pengasuhan masa kini di era digital yang semakin kompleks, serta menjadi wujud kehadiran negara dalam menyelesaikan persoalan anak dan remaja sejak hulu.
“Penguatan karakter harus holistik. Pola pengasuhan harus mampu menjawab kebutuhan zaman dan memperkuat pembentukan delapan karakter utama bangsa. Ini adalah upaya besar untuk memastikan bahwa Generasi Indonesia Emas 2045 adalah generasi yang unggul, berkarakter kuat dan tangguh,” tegas Warsito dalam arahannya.
Lebih lanjut, Warsito menekankan bahwa proses penyusunan kebijakan ini tidak hanya berhenti pada dokumen, melainkan akan diterjemahkan ke dalam platform digital yang inklusif dan adaptif. Salah satu inisiatif konkret adalah pengembangan website panduan pengasuhan serta eksplorasi pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu orang tua dalam praktik pengasuhan sehari-hari yang mudah diakses dan berdasarkan riset yang mengedepankan 8 karakter utama bangsa.
Dalam paparannya, Ketua Tim Riset dari Universitas Padjadjaran, Fitri Ariyanti Abidin, Ketua Tim Peneliti, Univ. Padjajaran menyampaikan bahwa proses perumusan telah memasuki tahap survei kualitatif, setelah sebelumnya dilakukan diskusi terpumpun dengan berbagai pemangku kepentingan dan penetapan metodologi. Riset ini dirancang untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis data, bukti, dan aplikatif di masyarakat.
“Paralel dengan riset, kami juga sedang mengembangkan rancangan website mulai dari model, layout, hingga brand guideline agar nantinya masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dan memanfaatkan pedoman pengasuhan ini,” ujar Fitri
Warsito dalam kesempatan tersebut juga memberikan sejumlah arahan penting agar riset terus diarahkan pada hasil yang konkret dan dapat diimplementasikan dengan efektif dan berkelanjutan sesuai dengan tantangan zaman.
“Kita tidak boleh terjebak dalam tumpukan kajian. Output kebijakan ini harus menyentuh masyarakat dan menjadi alat bantu nyata bagi orang tua. Karena itu, saya meminta Keasdepan Budi Pekerti dan tim riset berkolaborasi memperhatikan aspek keterjangkauan dan kebermanfaatan, bahasa yang mudah dipahami, dan integrasi dengan layanan-layanan digital yang sudah ada,” ujarnya.
Dengan sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga pendanaan, kebijakan pola pengasuhan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam membentuk Generasi Indonesia Emas 2045 — generasi yang tidak hanya cerdas dan sehat, tetapi juga berkarakter dan memegang teguh jati diri bangsa.
Sumber :Kemenko PMK