BERITA

Kemenko PMK Dorong Kampus Sesuaikan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri

29
×

Kemenko PMK Dorong Kampus Sesuaikan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri

Sebarkan artikel ini

KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kemenko PMK, Ojat Darojat, menekankan pentingnya perguruan tinggi menyesuaikan program studi dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi di Kantor Kemenko PMK pada Selasa (18/3/2025) yang bertujuan meningkatkan relevansi lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja dan industri.

Ojat mengungkapkan bahwa, berdasarkan kerja sama dengan LinkedIn, terdapat 15 profesi yang diprediksi akan berkembang pesat di Indonesia pada 2025. Profesi-profesi ini mencakup berbagai bidang, mulai dari pariwisata, keamanan siber, teknologi konstruksi, keuangan, hingga kesehatan. Beberapa diantaranya adalah Travel Consultant, Cyber Security Engineer, BIM Engineer, Credit Officer, dan Behavioural Therapist. Tren ini menunjukkan meningkatnya permintaan tenaga kerja di sektor digital, infrastruktur, serta layanan profesional.

“Ini menjadi peluang bagi kita untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja, baik di dalam negeri maupun di tingkat regional. Maka, penting bagi perguruan tinggi untuk menyesuaikan program studi yang ditawarkan, bukan lagi supply-driven, tetapi harus demand-driven atau market-driven,” ujar Ojat.

Baca Juga  Evaluasi RAN Pelayanan Kepemudaan 2024: Strategi Baru Menuju Pembangunan Pemuda Berkelanjutan

Menurutnya, paradigma pendidikan tinggi harus berubah dari sekadar membuka program studi tanpa memperhatikan kebutuhan industri menjadi sistem yang lebih adaptif terhadap perkembangan pasar kerja. Ia mencontohkan sejumlah profesi yang kini semakin dibutuhkan dan menekankan perlunya strategi yang lebih konkret.

Ojat memaparkan bahwa peningkatan relevansi kurikulum akan dilakukan melalui pilot project bersama beberapa program studi dari universitas PTNBH yang memiliki keterkaitan langsung dengan 15 profesi yang diprediksi berkembang pesat di Indonesia. Selain itu, langkah strategis lainnya adalah menyusun micro credential serta peminatan baru yang lebih spesifik guna menunjang penyerapan tenaga kerja di bidang-bidang tersebut.

“Kita perlu memastikan bahwa lulusan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Selain membuka konsentrasi atau peminatan baru, juga perlu ada pembaruan kurikulum bagi program studi yang sudah ada agar tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan industri,” tambahnya.

Baca Juga  Smart Pesantren, Dukungan Pemerintah Dalam Memperkuat Gagasan Transformasi Pesantren

Pada kesempatan tersebut, Asisten Deputi Riset, Teknologi, dan Kemitraan Industri, Katiman, menyampaikan penyesuaian yang akan diinisiasi memerlukan pelibatan dari banyak Perguruan Tinggi. Ia mengatakan bahwa peningkatan daya saing memerlukan kesesuaian keterampilan, kolaborasi antara Perguruan Tinggi dengan industri, dan pengembangan soft skills.

“Dengan kurikulum yang relevan, lulusan akan lebih siap menghadapi tantangan di pasar kerja, meningkatkan daya saing mereka di tingkat nasional, regional, maupun global,” ungkap Katiman.

Lebih lanjut Rektor Universitas Negeri Jakarta, Komarudin menyampaikan penyesuaian dengan kebutuhan industri memerlukan berbagai pertimbangan dan kecermatan untuk menangkap perkembangan pasar.

“Penyesuaian dengan kebutuhan industri patut didukung menjadi kebijakan. Namun demikian, dibutuhkan pemetaan kebutuhan serinci mungkin. Untuk itu, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah penyesuaian konsentrasi atau pembukaan peminatan baru,” ungkapnya.

Baca Juga  Perkuat Peran Humas, Kemenko PMK Tekankan Pentingnya Komunikasi Publik Jelang Idulfitri

Selain itu, Rektor Universitas Terbuka, Mohamad Yunus mengungkapkan penyesuaian dapat dilakukan melalui program kursus singkat lalu dielaborasi dengan pembelajaran dan praktik untuk mendapat sertifikat dari universitas dan tempat bekerja yang dapat dikonversi.

Sejalan dengan Komarudin dan Yunus, Wakil Rektor Universitas Padjajaran menyampaikan agar penyesuaian dilakukan melalui peminatan atau konsentrasi. Namun demikian, diperlukan peninjauan kembali terkait regulasi agar regulasi dimaksud dapat mengakomodir kebutuhan industri, termasuk mengevaluasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Turut hadir dalam kegiatan ini sejumlah perwakilan dari berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Indonesia, IPB University, Universitas Terbuka, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Padjadjaran, serta pemangku kepentingan di bidang pendidikan, perwakilan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, serta jajaran pejabat di lingkup Kemenko PMK.

Sumber :Kemenko PMK