DALI, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Pada pekan promosi merek Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH) 2025 yang diselenggarakan dari Minggu hingga Jumat di Dali oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, lebih dari 120 merek warisan menunjukkan bagaimana kerajinan tradisional dapat dipadukan dengan desain kontemporer.
Pada upacara pembukaan acara, Douyin, versi Tiongkok dari TikTok, mengumumkan bahwa platform e-commerce-nya telah menjual 6,5 miliar pesanan produk terkait ICH selama setahun terakhir. Sementara itu, platform lain, Kuaishou, melaporkan lebih dari 178 miliar penayangan untuk video terkait ICH.
Di halaman yang disinari matahari di sebuah desa di Provinsi Yunnan, wanita etnis Bai, Yang Julan, menggantungkan syal ikat celup yang baru saja dicelupkan, satu per satu. Tak lama, matahari akan mengeringkan syal-syal itu, siap dikirim ke Eropa, khususnya Belanda.
Sebagai seorang petani dekat Danau Erhai di kota Dali, Yang mungkin sulit menunjuk Amsterdam di peta dunia, tetapi kreasinya memang sampai ke ibu kota Belanda itu dan bahkan lebih jauh lagi—menghiasi pelanggan di negeri yang belum pernah ia kunjungi.
“Di usia saya, melihat kain pewarnaan kami sampai ke peta dunia… ini adalah kebanggaan yang mendalam,” kata Yang, 65 tahun.
Teknik ikat celup, yang sudah ada hampir 2.000 tahun sejak Dinasti Han Timur (25-220 M), telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda tingkat nasional di Tiongkok pada 2006.
Seperti halnya ikat celup, ICH secara umum mengalami kebangkitan yang luar biasa di Tiongkok—mengubah kerajinan kuno menjadi komoditas modern global, didorong oleh generasi muda yang memberi kehidupan kontemporer pada tradisi yang telah lama dijalankan.
Beberapa tahun lalu, banyak tradisi menghadapi kepunahan karena jumlah pengrajin yang menurun. Yang sendiri sempat meninggalkan kerajinannya, percaya bahwa “karya leluhur telah menjadi tidak berguna.”
Titik balik terjadi ketika para pengusaha perkotaan menyadari potensi komersial ICH.
Saat bekerja di Beijing, Zhang Hanmin, asli Dali, yang saat itu berusia 28 tahun, menyadari bahwa kaum muda perkotaan mulai mengadopsi elemen tradisional seperti bordir dan cetakan pada pakaian serta aksesori mereka. Yakin bahwa ikat celup kampung halamannya memiliki daya tarik serupa, ia kembali ke Dali untuk menghidupkan kembali kerajinan ini.
Setelah mendirikan merek bernama Dali Blue pada 2012, Zhang fokus pada inovasi desain produk sekaligus membuka workshop praktis bagi pengunjung—hasilnya adalah lonjakan pesanan sekaligus kunjungan wisatawan.
Kesuksesan pasar ini menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menarik pengrajin lokal berpengalaman seperti Yang kembali ke kerajinan. “Dengan perbaikan yang dilakukan oleh generasi muda, ikat celup telah dilahirkan kembali,” ujar Yang.
Kebangkitan kerajinan ini merupakan bagian dari gelombang kewirausahaan budaya di Tiongkok—di mana generasi muda memanfaatkan ICH untuk membangun usaha komersial yang sukses.
Otoritas budaya Tiongkok telah membangun sistem komprehensif untuk melestarikan dan menghidupkan kembali ICH, membimbing pengrajin untuk meningkatkan kualitas, membangun merek, dan memperkuat fokus pasar mereka.

Banyak orang berusia 40-an, 30-an, bahkan 20-an telah bergabung dalam upaya pelestarian dan pewarisan ICH, menciptakan banyak merek warisan yang unik, ungkap kementerian.
Selama festival belanja “Double 11” awal bulan ini, penjualan produk terkait ICH melalui platform Taobao milik Alibaba telah mencapai 9,42 miliar yuan (1,33 miliar dolar AS).
Brian Linden, seorang warga Amerika dari Chicago yang telah tinggal di Dali selama lebih dari satu dekade, mengatakan bahwa meningkatnya kepercayaan budaya membentuk ulang pola konsumsi di Tiongkok, menjadikan produk warisan bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Selain itu, barang-barang warisan ini, yang diperkaya dengan estetika Tiongkok, melintasi batas negara dan memicu tren ‘China chic’ yang kuat di pasar internasional,” pungkas Linden.
Keterangan Foto: Seorang wanita mencoba teknik ikat celup (tie-dye) suku Bai di sebuah rumah pewarnaan di Desa Zhoucheng, Prefektur Otonom Dali Bai, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya, 21 November 2025. (Xinhua/Hu Chao)
Hashtag: #IntangibleCulturalHeritage #CulturalHeritage #TieDye #BaiEthnicGroup #DaliYunnan #EthnicArts
The issuer is solely responsible for the content of this announcement.

















