BANDUNG – Di tengah situasi pandemi corona seperti saat ini, wajar saja jika berkembang berbagai pendapat yang kadang satu sama lain berbeda. Perbedaan tentu sesuatu yang wajar, bahkan pendapat Pemerintah sekalipun kadang berbeda dengan beberapa pendapat yang ada di masyarakat.
Dalam kondisi seperti ini, munculah berbagai pandangan tentang kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan nasional sampai pada kepemimpinan dalam lingkungan terkecil.
Menurut Pemerhati Kepemimpinan Dede Farhan Aulawi, ada 6 teori kepemimpinan yang diketahui saat ini. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory) yang berpandangan bahwa seorang pemimpin yang hebat adalah orang yang memang terlahir sebagai pemimpin hebat, bukan orang yang dibentuk menjadi pemimpin hebat.
Kemudian Teori Sifat (Trait Theory) yang menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda dengan mereka yang bukan pemimpin. Selain itu Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories) yang menjelaskan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini, karena tergantung dengan suatu keadaan tertentu. Para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi.
Selanjutnya Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory) yang menjelaskan bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya, misalnya bagaimana cara seorang pemimpin mengambil keputusan dengan tepat, bagaimana cara seorang pemimpin memotivasi anggotanya, bagaimana cara pemimpin tersebut memberikan perintah atau instruksi, berkomunikasi dengan sesama pemimpin maupun dengan seluruh anggota timnya.
“Teori kelima yaitu Teori Transaksional (Transactional Theory) yang menjelaskan bahwa asosiasi yang melibatkan pemimpin dan pengikut terjadi karena adanya serangkaian perjanjian (transaksi) antara pemimpin tersebut dengan para pengikutnya. Keenam, Teori Transformasional (Transformational Theory) yang menjelaskan bahwa antara pemimpin dan pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih tinggi.” kata Dede saat berbagi pengetahuannya tentang masalah kepemimpinan ketika dihubungi melalui sambungan telepon di kediamannya di Bandung, Rabu (6/5/2020).
Dede juga menjelaskan tentang kearifan lokal Indonesia, khususnya dari masyarakat Jawa mengenal Teori Kepemimpinan Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta, Samudra, Dahana dan Bhumi.
Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan, makksudnya harus mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.
Candra (Bulan) yang memancarkan sinar di tengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya d itengah suasana suka ataupun duka.
Kartika (Bintang) yang memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan.
Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.
Maruta (Angin) yang selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.
Samudra (Laut/air) maksudnya betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.
Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.
Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.
“Dengan demikian, kearifan lokal yang ada di bumi nusantara ini pada dasarnya banyak melahirkan teori teori yang berkaitan dengan kepemimpinan, dan juga karakter atau sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin sebagaimana tersurat dalam Kepemimpinan Hasta Brata di atas,” ujar Dede mengakhiri pandangannya.***
Editor : Alink Iskandar