BERITA

Berbahagia Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan

869
×

Berbahagia Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan

Sebarkan artikel ini
Komisioner Kepolisian Nasional (Kompolnas) Republik Indonesia, Dede Farhan Aulawi

IN SYAA ALLAH umat Islam di Indonesia sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan Ramadhan tahun ini akan dijalani dengan suasana yang berbeda karena dilaksanakan di tengah pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang sudah melanda seluruh propinsi di Indonesia.

Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di dunia ini. Perbedaan ini akan terasa karena pelaksanaan sholat tarawih banyak dianjurkan dilaksanakan di rumah, bukan di mesjid dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya penularan Covid-19. Tentu bukan hanya itu saja, melainkan banyak hal yang berbeda.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Ramadhan terbagi ke dalam tiga fase, yaitu fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari api neraka. Hal ini diriwayatkan oleh Salman Al Farisi yang mengatakan. “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka”.

Jadi 10 hari pertama ini adalah penuh rahmat dan pahala. Segala amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sungguh ujian puasa diawal Ramadhan biasanya terasa lebih berat dan lemas, karena awal adaptasi perubahan pola makan dan minum.

Pada 10 hari kedua adalah hari-hari yang penuh dengan maghfirah dan ampunan Allah. Jadi bagaimana kita tidak bahagia menyambut Ramadhan, karena di 10 hari kedua ini dosa – dosa kita akan diampuni. Inilah kesempatan yang baik untuk memohon ampunan-Nya.

Kemudian dari ummul mukminin, Aisyah RA juga menceritakan tentang Rasulullah ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”.

Jadi di 10 hari terakhir dimana ada pembebasan dari api neraka, seyogyanya kita harus lebih mengoptimalkan lagi segala ibadah. Bukan sibuk ngurus pakaian atau makanan. Hal ini merujuk pada 2 alasan, yaitu karena sepuluh terkahir merupakan penutupan bulan Ramadhan, dan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya. Rasulullah SAW berdo’a :

“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”

“Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”

Di sepuluh hari terakhir ini hendaknya setiap orang mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah.

Selain itu di sepuluh hari terakhir Ramadhan juga diyakini ada malam lailatul qadar, meskipun lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah SWT :

إنا أنزلناه في ليلة القدر

“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”

Juga berfirman:

شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان

“Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil.”

Dalam hadits dijelaskan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”

Merujuk pada Al qur’an dan hadits sahih di atas, menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi SAW :

“التمسوها في العشر الأواخر من رمضان“.

“Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”

Di kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, tetapi kepastiannya hanya Alloh SWT yang tahu. Intinya sepanjang bulan Ramadhan ini harus diperbanyak untuk ibadah dan amal sholih.

Dengan demikian jika merujuk pada keutamaan – keutamaan di atas, maka sangat wajar dan sudah selayaknya umat Islam menyambutnya dengan gembira. Coba saja siapa orangnya yang tidak pernah berbuat salah dan dosa dalam setahun ? Siapa yang tidak ingin dibebaskan dari api neraka? Dan siapa yang tidak menghendaki Rahmat Alloh SWT ?

Terakhir sebelum memasuki bulan Ramadhan ini, selaku manusia biasa marilah kita saling maaf memaafkan satu sama lain agar bisa masuk ke bulan suci dengan jiwa yang suci pula. Aamiin…

Oleh Dede Farhan Aulawi, Komisioner Kopolisian Nasional Republik Indonesia