GAYA HIDUP

Perjalanan Inspiratif Theo Derick: Dari Nol Hingga Jadi Pengusaha Sukses dan Influencer Finansial

41
×

Perjalanan Inspiratif Theo Derick: Dari Nol Hingga Jadi Pengusaha Sukses dan Influencer Finansial

Sebarkan artikel ini
Theo Derick. (Foto : Youtube Theo Derick)
Theo Derick. (Foto : Youtube Theo Derick)

JAKARTA – Nama Theo Derick kian dikenal di kalangan anak muda Indonesia. Influencer di bidang keuangan dan pengembangan diri ini berhasil membangun karier dan bisnis dari nol, sekaligus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dengan semangat positif, ia membagikan kisah hidup dan pengetahuannya melalui media sosial, termasuk akun TikTok pribadinya yang aktif sejak masa pandemi.

Tak hanya sebagai content creator, Theo juga seorang pengusaha dengan portofolio bisnis beragam, seperti Byte Project, Coffee Meets Stocks, dan Studio Acronym. Namun, di balik kesuksesannya, tersimpan kisah perjuangan panjang melawan keterbatasan dan ketidakpastian.

Masa Kecil Penuh Tantangan
Sejak kecil, Theo tumbuh bersama sang ibu yang berperan sebagai orang tua tunggal. Perbedaan ekonomi terasa jelas ketika ia melihat teman-temannya didampingi kedua orang tua di sekolah, sementara ia hanya bersama sang ibu. Tantangan hidup semakin terasa saat pembayaran uang sekolah sering terlambat, membuatnya khawatir tidak bisa mengikuti ujian.

Baca Juga  Komedian Mpok Alpa Tutup Usia, Dunia Hiburan Indonesia Kehilangan Sosok Penuh Tawa

Memasuki SMA kelas 3, rasa minder semakin kuat ketika ia dipaksa berpisah dari pacarnya karena kondisi ekonomi keluarga. Setelah lulus, Theo melanjutkan pendidikan di Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) dengan jurusan bisnis, sambil membantu ibunya membayar biaya kuliah setiap semester.

Belajar Berbisnis Sejak Remaja
Di SMA, Theo mulai menghilangkan gengsi dan aktif mencari peluang usaha. Ia menjadi “toserba” bagi teman-temannya, menyediakan barang mulai dari gadget hingga aksesori yang sulit ditemukan. Salah satu ide bisnis yang membawanya untung besar adalah menjual kue lapis menjelang Lebaran. Dengan modal diskon dari kenalan ibunya, ia mampu menjual 200 hampers kue lapis dengan keuntungan Rp100 ribu per kotak.

Mencetak Laba Ratusan Juta dari Pameran
Puncak perjalanan bisnis Theo dimulai saat semester akhir kuliah, ketika ia terlibat dalam proyek pop up market. Melihat banyak proyek mahasiswa yang merugi, Theo menawarkan konsep berbeda: menggelar pameran di Grand Indonesia. Dengan strategi harga booth dan promosi kreatif, ia berhasil menggaet 110 tenant, meraup omzet Rp600 juta dan laba bersih sekitar Rp250 juta.

Baca Juga  Pesan Terakhir Mpok Alpa untuk Raffi Ahmad: Rahasiakan Penyakit dan Rayakan Ulang Tahun Anak Kembar

Kesuksesan itu mendorongnya mengadakan pameran kedua hanya tiga bulan kemudian. Sejak itu, Theo menekuni bisnis exhibition organizer, menggelar hingga 40 pameran setahun dengan konsep yang ia rancang sendiri.

Strategi Bisnis dan Pandemi
Perbedaan konsep exhibition organizer dan event organizer dipahami betul oleh Theo. Sebagai exhibition organizer, ia menanggung penuh biaya dan risiko acara. Sedangkan sebagai event organizer, ia mengelola acara untuk brand tertentu dengan biaya ditanggung pihak brand.

Namun, pandemi memaksa bisnis pamerannya berhenti sementara. Theo lalu fokus ke Coffee Meets Stocks, kursus investasi saham yang awalnya dilakukan di kafe lalu beralih ke Zoom meeting. Meski sempat sukses di puncak tren saham tahun 2020, bisnis ini menurun ketika orang mulai kembali bekerja dan minat beralih ke topik lain seperti kripto.

Baca Juga  7 Teknik Menggiring Opini Secara Halus: Bikin Orang Setuju Tanpa Mereka Sadar

Tantangan dan Cashflow Brand
Usai pandemi, bisnis pameran kembali berjalan tetapi dengan daya beli pengunjung yang menurun. Selain itu, tidak semua brand bersedia ikut serta karena keterbatasan cashflow dan anggaran yang sudah dialokasikan untuk acara besar tertentu.

Membangun Personal Branding dan Kerja Sama Besar
Dengan personal branding yang kuat, Theo berhasil menjalin kerja sama dengan berbagai brand besar. Salah satunya Pegadaian, yang mengajaknya kampanye setelah direkomendasikan empat agensi berbeda. Melalui Studio Acronym, Theo juga mengelola event skala nasional, termasuk roadshow bank besar di sembilan kota.