GAYA HIDUP

Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban? Ini Asal-usulnya

733
×

Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban? Ini Asal-usulnya

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi kurban (Foto: Tiara Aliya Azzahra/detikcom)

JAKARTA – Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban? Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar umat Islam yang diperingati setiap tahun. Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah dan identik dengan pemotongan hewan kurban.

Biasanya, pemotongan hewan kurban dilakukan pasca salat Idul Adha di pagi hari. Selain itu, Idul Adha juga sering disebut dengan lebaran haji. Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu Idul Adha?

Dilansir situs Kementerian Agama (Kemenag), Idul Adha adalah gabungan kata Idul dan Adha. Id diambil dari bahasa Arab aada (yauudu) yang artinya kembali, sedangkan Adha merupakan jamak dari adhat yang berasal dari kata udhiyah yang artinya kurban. Jadi, Idul Adha dapat diartikan kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.

Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban?

Di Indonesia, Idul Adha disebut idul qurban, hari raya kurban, atau lebaran haji. Hari Raya Kurban diperingati bersamaan dengan Idul Adha, tepatnya 10 Dzulhijjah.

Idul Adha juga menandai perayaan besar umat Islam, yaitu penyelenggaraan ibadah haji dan ibadah kurban. Bagi muslim yang menunaikan ibadah haji, kurban merupakan bagian dari prosesi haji. Namun, bagi muslim di tanah air, 10 Dzulhijjah diperingati dengan melaksanakan shalat Idul Adha berjamaah serta dilanjutkan dengan menyembelih hewan kurban.

Ketentuan Kurban

Dikutip dari situs Nahdlatul Ulama (NU) online, hukum kurban adalah sunnah muakkad atau sunnah yang dikuatkan. Kurban diutamakan bagi penduduk yang mampu dan memiliki rejeki yang lebih.

Berkurban dengan seekor kambing atau domba diperuntukkan untuk satu orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk berkurban tujuh orang. Ketentuan ini dapat disimpulkan dari hadits berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurban bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn Majah: 3123).

Waktu Pelaksanaan Kurban

Waktu menyembelih kurban dimulai setelah shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Adapun distribusi (pembagian) daging kurban dibagi menjadi tiga bagian dan tidak harus sama rata, yaitu:

(1) untuk fakir miskin
(2) untuk dihadiahkan
(3) untuk dirinya sendiri dan keluarga secukupnya.

Porsi daging kurban untuk dihadiahkan dan untuk dikonsumsi sendiri tidak lebih dari sepertiga daging kurban. Meskipun demikian, porsi daging kurban lebih banyak diutamakan untuk fakir miskin.

Sumber: detik.com