- Sebagian besar usaha kecil diperkirakan akan berkembang pada tahun 2023.
- Hampir seperempat darinya menggenggam peluang keuangan ramah lingkungan dan berkelanjutan.
- Mengakses keuangan eksternal tetap menjadi tantangan bagi usaha.
JAKARTA – 2 Mei 2023 – Survei terbaru menunjukkan 84 persen usaha kecil Indonesia diperkirakan akan berkembang pada tahun 2023, yang merupakan hasil tertinggi kedua untuk wilayah Asia-Pasifik.
Survei Usaha Kecil Asia-Pasifik dari CPA Australia mengungkapkan bahwa usaha kecil Indonesia tetap termasuk usaha yang paling positif di seluruh Asia-Pasifik pada tahun 2022. Survei tersebut meliputi tanggapan dari 4280 pemilik atau manajer usaha kecil di sebelas pasar Asia-Pasifik, termasuk 306 dari Indonesia. Tujuh puluh tujuh persen dilaporkan berkembang pada tahun 2022 dan 32 persen mempekerjakan lebih banyak karyawan. Tahun ini diperkirakan akan menjadi lebih kuat dengan lebih dari empat dalam sepuluh usaha berencana untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan.
Dr. Adi Budiarso FCPA (Aust.), Ketua Komite Penasihat Indonesia dari CPA Australia mengatakan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih bertahan di tengah ketidakpastian global. Dr. Budiarso adalah Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan di Kementerian Keuangan Indonesia.Meskipun 48 persen usaha kecil Indonesia mengatakan bahwa COVID-19 adalah tantangan besar, angka ini turun dari 72 persen pada tahun 2021.
“Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 64 juta UMKM, yang menciptakan banyak lapangan kerja dan berkontribusi terhadap perekonomian. Meskipun pandemi masih membayangi Indonesia, dampaknya sudah makin berkurang. Pencabutan pembatasan perjalanan telah membantu usaha kecil Indonesia, dengan meningkatkan industri pariwisata dan konsumsi rumah tangga.”
Enam puluh tujuh persen usaha mengatakan bahwa investasi teknologi yang dilakukan pada tahun lalu telah meningkatkan profitabilitas mereka. Penggunaan alat online juga lazim dilakukan. Media sosial digunakan oleh tujuh dari sepuluh usaha untuk mempromosikan usaha mereka dan 61 persen menggunakannya untuk berkomunikasi dengan pelanggan.
“Program Pemulihan Ekonomi Nasional dan Gerakan Bangga Buatan Indonesia dari pemerintah telah berkontribusi terhadap pemanfaatan teknologi di seluruh UMKM Indonesia. Pandemi telah mendorong pelaku usaha untuk menggunakan teknologi dan beradaptasi. Usaha Indonesia memiliki fokus yang kuat dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, menjadi makin canggih dalam menggunakan media sosial agar tetap terhubung.”
Enam puluh lima persen usaha telah menerima lebih dari 10 persen penjualan melalui pembayaran digital. Ini lebih rendah daripada rata-rata survei sebesar 74 persen.
“Mengingat opsi pembayaran digital terhubung erat dengan perkembangan usaha yang tinggi, kami berharap ada lebih banyak usaha kecil di Indonesia yang akan menawarkan opsi pembayaran seperti itu.”
Walaupun sebagian besar usaha kecil di Indonesia mengalami perkembangan, banyak yang masih menghadapi kesulitan untuk mengakses keuangan eksternal. Di antara 73 persen yang mencari pendanaan pada tahun lalu, ada 39 persen yang merasa kesulitan. Ini lebih tinggi daripada rata-rata survei sebesar 33 persen. Meskipun demikian, niat untuk mengakses keuangan tetap kuat, dengan 89 persen yang berencana mencari dana eksternal tahun ini.
“Mengakses pembiayaan masih menjadi tantangan bagi banyak usaha di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pandemi mungkin telah memperburuk kesulitan karena masalah arus kas.
“Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan inklusi keuangan. Misalnya, meningkatkan akses pembiayaan melalui platform digital, mendorong pembiayaan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) serta menawarkan pendampingan. UMKM juga harus berusaha untuk meningkatkan solvabilitasnya karena hal ini dapat memengaruhi skor kredit mereka di masa yang akan datang. Mereka harus mengawasi arus kas dan biaya secara ketat.”
Temuan survei mengungkapkan bahwa banyak usaha kecil di Indonesia telah menggunakan waktu dan sumber daya untuk praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST). Dua puluh empat persen memantau penggunaan energi dan air mereka dan 23 persen memanfaatkan peluang keuangan ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“UMKM adalah kontributor penting untuk mencapai tujuan iklim dan energi bersih Indonesia. Indonesia telah menetapkan kerangka kerja keuangan berkelanjutan yang komprehensif untuk memenuhi tujuan ini, dan UMKM harus mempertimbangkan untuk menerapkannya dalam usaha mereka.”
Tentang CPA Australia
CPA Australia adalah salah satu badan akuntansi profesional terbesar di dunia, dengan lebih dari 172.000 anggota di lebih dari 100 negara dan wilayah, ada 21.000 anggota di antaranya yang berada di Asia Tenggara. Kantor kami yang berada di Indonesia terletak di Jakarta, dan dibuka pada tahun 2011. Layanan inti kami meliputi edukasi, pelatihan, dukungan teknis, dan advokasi. CPA Australia menyediakan kepemimpinan pemikiran (thought leadership) untuk persoalan lokal, nasional, dan internasional yang berdampak pada profesi akuntansi dan kepentingan umum. Kami berperan bersama pemerintah, pembuat aturan, dan pelaku industri untuk memberikan advokasi kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendapatkan hasil yang positif bagi bisnis dan publik.