TASIKMALAYA – Dimasa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), industri kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang kena imbas ekonomi luar biasa sehingga dampaknya aktivitas masyarakat yang terkait dengan sektor ini sangat terpukul.
Kemudian dimasa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Dinas Pemuda, Olah raga, Pariwisata dan Budaya Kota Tasikmalaya segera melakukan pelatihan Tata Kelola Objek Wisata pada hari Jum’at (2/7/2020) yang bertempat di Hotel Grand Metro Kota Tasikmalaya dalam rangka menyiapkan SDM kepariwisataan yang siap melayani para calon wisatawan dengan baik. Bertindak selaku narasumber dalam kesempatan ini adalah Ketua Umum Prawita Genppari Dede Farhan Aulawi.
Pada kesempatan tersebut Dede sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Disporaparbud Kota Tasikmalaya, juga menekankan pentingnya terobosan inovatif dalam tata kelola objek wisata untuk menarik para wisatawan.
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah menggugah kesadaran kolektif masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan, khususnya di lingkungan objek wisata dan umumnya di lingkungannya masing masing.
Disamping itu Dede juga menyarankan agar Covid-19 dijadikan momentum untuk berkontemplasi dalam rangka melakukan penguatan internal dan eksternal. Secara internal perlu ditekankan penguatan kompetensi SDM kepariwisataan, baik menyangkut pelayanan (service excellent) maupun kreativitas dalam pengembangan produk kepariwisataan. Bukan sekedar wisata hiburan saja, tetapi juga wisata produktif, wisata edukasi, wisata religi, wisata kreatif, dan wisata tantangan.
Lalu yang berkaitan dengan penguatan eksternal merupakan perluasan jaringan bisnis kepariwisataan melalui network yang luas, baik di dalam maupun luar negeri. Berbagai organisasi pegiat kepariwisataan perlu dirangkul untuk membantu pemasaran dan promosinya. Termasuk para pengrajin / UMKM yang terkait dengan produk cindera mata kepariwisataan khas daerah.
Termasuk pentingnya membangun sistem untuk mengikat semua sektor terkait dalam sebuah nota kesepahaman yang perlu dipegang sebagai panduan dalam melaksanakan komitmen bersama. Semua tentu ingin maju dan ingin berkembang, maka kerjasama yang satu dengan yang lainnya menjadi sangat penting. Jangan lupakan peran travel agent, tour guide, dan lain lain.
Kemudian Dede juga menyampaikan saran saran perbaikan tata kelola objek wisata secara umum, karena peserta yang hadir bersifat heterogen. Sementara untuk saran saran yang bersifat spesifik biasanya didahului dengan kunjungan ke objek tersebut untuk selanjutnya dianalisa dan dievaluasi.
“Setelah itu baru disampaikan saran saran perbaikan yang implementatif tergantung pada jenis objek wisatanya masing masing. Model ini menjadi salah satu strategi pemulihan dalam rangka menyongsong era baru agar aktivitas kepariwisataan segera pulih namun tetap berpedoman pada protokol kesehatan yang sudah ditetapkan Pemerintah,” Pungkas Dede mengakhiri keterangan.