BANDUNG – Sudah bukan rahasia lagi jika dampak pandemi wabah virus Corona telah merusak semua sendi-sendi kehidupan. Untuk itulah Pemerintah membuat program untuk membantu dan meringankan kesulitan masyarakat menengah bawah yang sangat terimbas dampaknya. Namun demikian tersebar kabar di media sosial terkait dugaan adanya perilaku korup yang dilakukan oleh oknum pelaksana distribusi bantuan.
Menurut Pembina Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia (GNPK-RI) Dede Farhan Aulawi, untuk mendukung program Pemerintah tersebut ada beberapa hal bisa dilakukan oleh masyarakat, yaitu melalui pengawasan masyarakat. Segera laporkan kepada aparat yang berwenang jika melihat ada orang yang sengaja menimbun kebutuhan primer masyarakat untuk mengeruk keuntungan pribadi, ada orang yang sengaja menaikan harga-harga kebutuhan pokok terlalu tinggi untuk keuntungannya, dan ada orang yang sengaja menyalahgunakan kewenangannya dalam menyalurkan bantuan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain. Jika masih ada yang seperti itu, sungguh sangat keterlaluan dan tidak memiliki perasaan.
Seperti saat ini, lanjut Dede, pemerintah pusat atau daerah menyiapkan dana bantuan kemanusiaan yang nilainya sangat besar. Mari kita bantu pemerintah dengan cara melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa dana tersebut benar-benar tersalurkan pada mereka yang berhak menerimanya.
Jangan ada toleransi perilaku korup di tengah wabah seperti ini. Rakyat benar-benar sangat membutuhkan bantuan. Rakyat ingin mengikuti himbauan Pemerintah untuk “stay at home”, tapi persoalannya banyak diantara mereka yang tidak memiliki cukup tabungan uang atau makanan, sehingga “sangat terpaksa” harus keluar rumah sekedar untuk bisa bertahan menyambung hidup keluarganya.
“Oleh karena itu, di tengah wabah seperti ini mari hentikan sementara syahwat untuk mengeksploitasi kekayaan dari tumpukan perut-perut yang kelaparan. Mari sesekali tunjukkan bahwa kita manusia yang masih memiliki nurani untuk membantu sesama. Lupakan soal perbedaan pandangan politik dan sebagainya, karena saat ini semua anak bangsa harus bahu membahu melawan Corona.” kata Dede melalu sambungan selulernya, Senin (27/4/2020).
Tidak boleh lagi ada orang yang berani “menyunat” hak – hak orang miskin. Mereka adalah orang-orang yang sangat terdampak sehingga wajib untuk dibantu.
Jangan pernah merasa senang jika bisa membangun rumah megah atau mobil mewah dari hasil menghisap darah dan keringat bangsa sendiri. Janganlah tersenyum apalagi tertawa di atas untaian air mata kaum papa.
Profesi yang terdampak bukan hanya 1 atau 2 profesi saja, tetapi hampir semua profesi. Banyak perusahaan yang tidak mampu bertahan, sehingga dengan terpaksa harus mengambil kebijakan PHK. Mencari kerja lain juga tentu tidak mudah, karena semua diminta untuk tetap tinggal di rumah.
Pemerintah juga keuangannya pasti terbatas, maka saatnya semua yang merasa mampu turun tangan untuk membantu.
Berapa banyak pelaku kejahatan karena lapar tak memiliki apa-apa untuk dimakan. Mungkin juga ada andil kita, kenapa mereka berbuat jahat ? Ya mungkin selama ini kita kurang peduli sama mereka. Atau mungkin juga karena ada hak -hak mereka yang selama ini dikorupsi oleh oknum-oknum durjana.
Ya mungkin saja mereka bodoh, karena hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik dengan biaya murah sudah dikorupsi uangnya, sehingga mereka tidak mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya sesuai dengan yang diamanatkan dalam konstitusi. Lihat saja siapa orang tuanya yang tidak mengeluh dengan biaya pendidikan yang tinggi saat ini.
Ya mungkin saja mereka miskin, karena hak mereka yang seharusnya dipelihara oleh negara menjadi terabaikan, karena alokasi anggarannya banyak digerogoti oleh orang yang tidak berhak.
Ini harus menjadi refleksi bagi semua pihak. Kecintaan kita pada bangsa dan negara tidak cukup hanya digaungkan dalam retorika-retorika politik saja. Tetapi tunjukkan dengan kepedulian dan pengorbanan yang sesungguhnya. Mungkin sudah cukup jika sebelumnya ada orang-orang yang mengeruk kekayaan dari penguasaan bumi, air dan kekayaan alam yang dikandungnya. Saat inilah berkorban dengan sungguh-sungguh untuk menaungi sesama atas dasar panggilan kemanusiaan.
Ternyata yang perlu dikalibrasi itu bukan hanya alat ukur saja, tetapi juga nurani dan rasa kemanusiaan kita. Faktanya masih ada orang yang ingin mengeruk keuntungan di tengah kesulitan. Apa sih enaknya makanan mewah, saat tetangga kiri dan kanan kita menggigil menahan lapar?
Apa sih artinya kekayaan yang menumpuk, jika kantung -kantung kemiskinan tepat berada di depan garis mata kita?
Apa artinya kebanggaan sebagai kota maju dan cerdas, jika kebodohan rakyatnya dibiarkan karena tercekik oleh biaya pendidikan yang tidak terjangkau?
Apa sih artinya kehebatan fasilitas dan teknologi tinggi di rumah sakit, jika semua itu hanya untuk sebagian kecil kaum yang kaya raya semata?
Bukankah semua itu sejatinya bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat ? Sebagaimana dahulu seluruh lapisan bergerak bersama merebut kemerdekaan. Bukankah justeru orang -orang kecil itulah yang berjuang di garda terdepan tanpa berfikir untung dan rugi. Ya karena mereka ada pejuang-pejuang sejati yang angkat senjata dengan ikhlas untuk negerinya. Mereka bukan pebisnis yang selalu berhitung benefit cost ratio.
“Cukup sudah banyak virus di dunia ini, maka jangan biarkan ada virus-virus baru yang menggerogoti keuangan negara, yang berdampak banyaknya rakyat yang sesak nafas karena haknya dirampas.” pungkas Dede.